Dalam kesempatan yang sama, Teguh juga bercerita soal pengalamannya berurusan dengan polisi ketika Sistem Informasi Personel Polri diretas. Dia mengaku sampai diperiksa di Bareskrim Polri usai menemukan data SIPP Polri dijual oleh peretas asal Iran bernama hojatking di RaidForums.
Data SIPP Polri yang diretas berisi data personel di seluruh Indonesia. Peretas bisa mengacak-acak data itu dan pada akhirnya menimbulkan masalah yang lebih besar di internal polri, terutama terkait kepangkatan hingga masa jabatan.
Meski tidak ditahan dan dinyatakan bertanggungjawab, Teguh mengaku juga masih terkejut bahwa data milik Polri bisa diretas. Bahkan, dia sempat melihat data milik Densus 88 Antiteror yang seharusnya sangat rahasia bisa dimiliki oleh peretas.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mereka harus melakukan perbaikan. Karena data ini berbahaya," ujar Teguh.
Terkait perdebatannya dengan politisi PDI Perjuangan Budiman Sudjatmiko di Twitter mengenai Big Data, Teguh enggan bicara panjang lebar. Dia menilai Budiman merupakan bagian dari orang-orang yang masuk ke satu seminar ke seminar lain untuk merajut kata-kata yang tidak benar-benar dipahami.
"Makanya di satu tweet kemarin dia ngomong semuanya, jargon-jargon, tetapi tidak ada isinya," ujarnya.
Bicara soal Big Data yang diungkapkan oleh Budiman, Teguh menilai bukan hal yang sederhana. Sebagai praktisi keamanan siber, dia bahkan mengaku belum menguasai artificial intelligence (AI) dan sebagainya.
Teguh berkata Big Data masih sekedar jargon. Sejak diucapkan oleh Presiden Joko Widodo pada tahun 2014, belum ada produk terkait dengan Big Data. Bahkan, dia menyinggung data kependudukan masih berantakan.
"Sementara dia (Budiman), bukan siapa-siapa di bidang IT ngomong seenak jidat," ujar Teguh.
Lebih dari itu, Teguh mengajak semua pihak untuk mengucapkan kata 'bacot' kepada politisi yang hanya menjadikan big data sebagai bahan kampanye mengeruk suara milenial.
"Mereka biar keliatan keren saja. Padahal tidak paham sekali. Itu ngeselin. Tapi bagus, setelah ada polemik itu, orang yang paham muncul. Seharusnya orang seperti itu yang diberi panggung," ujarnya.