Sedangkan kicauan dari netizen umum bicara bahwa itu bukan konflik agama, tapi penggusuran oleh Israel ke warga agama apapun.
"Beberapa akun resmi pemerintah juga muncul, misal @setkabgoid (Jokowi minta agresi Israel dihentikan), @Kemlu_RI dan @Menlu_RI (mengecam meluasnya ketegangan di Gaza). Yang menarik, mereka lebih banyak diamplifikasi oleh cluster non pemerintah, bukan sebaliknya," ujar Ismail.
Kemudian, Ismail mengatakan Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah juga menyatakan dukungan pada Palestina, kecaman kepada Israel, dan tuntutan kepada pemerintah RI untuk ambil langkah diplomatis.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Bagaimana dengan @NUgarislucu dan @MuhammadiyinGL? Ternyata mereka berdua sangat hati2 dan irit bicara soal Palestina. Mungkin karena isunya sensitif, sehingga berbahaya kalau nyerempet postingan lucu. Akibatnya, mereka berada di pinggiran dalam peta," ujar Ismail.
Di sisi lain, Ismail menyampaikan percakapan tentang Palestina secara aktif yang tertangkap di Drone Emprit setidaknya dilakukan oleh 109 ribu akun, belum termasuk akun yang hanya membaca, tidak ikut engagement.
"Dari 43 persen yang dianalisis score botnya 1.78 yang berarti natural," ujar Ismail.
Terkait dengan Palestina dan Hamas, Ismail membeberkan percakapan mulai muncul pesat tanggal 12 Mei 2021, sekitar 11 ribu cuitan. Jika menggunakan kata kunci 'Hamas' saja, hasilnya bisa lebih banyak.
Menariknya, klaster yang membahas Palestina dengan Hamas ternyata paling besar. Hamas diduga menjadi fokus penting ketika membahas isu Palestina.
Dalam peta SNA, klaster pro oposisi dan umum cenderung tak banyak membahas tentang Hamas. Isu Hamas bukan topik utama mereka ketika membahas Palestina.
"Ketika membahas tentang Hamas, cluster pro pemerintah cenderung memiliki tone negatif. Sebaliknya cluster pro oposisi cenderung positif tonenya," ujar Ismail.