Kenya memulai sensus satwa liar nasional pada Jumat (28/5). Ini jadi sensus satwa liar pertama dalam upaya membantu konservasi dan identifikasi ancaman terhadap populasi satwa liar.
Sensus akan fokus pada penghitungan spesies langka seperti, trenggiling juga antelope Sable yang tersisa kurang dari seratus ekor di Kenya. Pun demikian dengan badak dan gajah yang akan dihitung secara berkala di semua wilayah negara.
"Kita tahu ada celah besar. Kita mungkin tidak tahu banyak tentang apa yang terjadi di Kenya utara," kata Winnie Kiiru, Ketua Kenya Wildlife Research Training Institute, seperti dikutip dari Reuters.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selama ini perluasan pemukiman manusia, perubahan iklim juga perburuan, berkontribusi pada penurunan populasi satwa liar. Menurut Africa Wildlife Foundation, populasi jerapah saja telah menurun sebanyak 40 persen selama tiga dekade terakhir.
Sementara itu pariwisata menyumbang 8,2 persen dari PDB Kenya pada 2019. Menurut Dewan Perjalanan dan Pariwisata Dunia, sebagian besar pendapatan berasal dari kunjungan wisata alam. Namun angka ini menurun seiring merebaknya pandemi.
Sensus ini dinilai akan membantu memahami ukuran populasi dan distribusinya. Kemudian identifikasi ancaman terhadap hewan yang rentan akan menghantar pada strategi konservasi.
Sensus sendiri akan berlangsung hingga Juli 2021 dengan melibatkan penjaga hutan, peneliti dan anggota masyarakat untuk menghitung jumlah satwa baik dari darat maupun udara.
(asa/els/asa)