Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) menyampaikan penurunan intensitas curah hujan di selatan Jawa diakibatkan berbagai faktor.
Peneliti iklim LAPAN, Erma Yulihastin mengatakan pengurangan intensitas hujan salah satunya dipengaruhi anomali konvergensi.
"Pada bulan Mei 2021, secara umum hujan mengalami pengurangan di bagian tengah-selatan Indonesia, dibandingkan April," ujar Erma dalam keterangan resmi, Jumat (11/6).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Erma menyampaikan faktor utama penurunan intensitas hujan di selatan Jawa adalah monsun Australia mulai terbentuk di wilayah tengah-selatan Indonesia, yakni Nusa Tenggara dan sekitarnya.
Curah hujan yang berkurang selama Mei tersebut, kata Erma sesuai dengan data kelembapan selama bulan Mei yang berada pada rentang sedang untuk sebagian besar wilayah utara Indonesia dan kondisi minim kelembapan di selatan Indonesia.
Pengurangan hujan yang terjadi di Indonesia tersebut juga dipengaruhi oleh anomali konvergensi yaitu dengan pembentukan pusat tekanan rendah siklonik yang terpusat di Samudra Hindia bagian utara. Untuk kondisi di laut, pendingan suhu permukaan laut (SPL) juga terjadi di bagian selatan hampir merata.
"Meskipun demikian, anomali suhu permukaan laut yang menghangat masih terjadi di wilayah Laut China Selatan," ujarnya.
Erma menyampaikan kondisi angin timuran yang mengindikasikan aktivitas monsun Australia terlihat semakin menguat di wilayah Indonesia selama Mei, dengan peningkatan angin lebih kencang sekitar 2-4 m/s.
Untuk kondisi ENSO, La Nina cenderung menuju netral dengan anomali SPL bervariasi dari -0.8 hingga +0.8 dari awal sampai akhir Mei. Sedangkan indeks IODM juga netral namun cenderung menuju pada kondisi negatif IOD sejak pertengahan hingga akhir Mei.
"Hal ini menunjukkan indikasi adanya kenaikan intensitas curah hujan di sebagian barat wilayah Indonesia selama bulan Mei," ujar Erma.