Awal masuk ke Indonesia pada 2014, Xiaomi dikenal sebagai merek yang kerap melakukan flash sale dengan harga murah di ecommerce.
Namun, sejak 2015 perusahaan dengan logo warna oranye ini memperkuat penjualan offline lewat toko-toko fisik. Sebab, minat warga untuk membeli online masih sangat kecil.
Bahkan hingga hari ini, tujuh tahun kemudian, Tse mengaku warga Indonesia masih lebih senang membeli ponsel ke toko ketimbang lewat ecommerce.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Keinginan orang beli smartphone online kecil," tuturnya. "Tapi, PPKM bikin makin banyak orang coba beli online."
Lihat Juga :![]() Ponsel Android Xiaomi Mulai Gencar Jualan Offline |
Tse mengklaim Xiaomi punya posisi tawar bagus bagi pengguna yang gemar belanja online. Berbeda dengan pengalaman beli ponsel offline dimana pengguna bisa mencoba langsung produknya. Pembeli online biasanya melakukan komparasi spesifikasi sebelum membeli.
Menurut Tse, produk-produknya unggul ketika pembeli melakukan komparasi spesifikasi.
"Xiaomi diuntungkan dari komparasi spesifikasi. (Sebab) Xiaomi sangat kuat di online ketika orang melakukan komparasi spesifikasi," tandasnya.
Untuk jangka panjang, Xiaomi mengutarakan akan terus membenahi penjualan ponselnya untuk mengurangi panjang rantai distribusi penjualan offline. Oleh karena itu, Xiaomi berniat untuk terus memperluas toko resmi baik berupa gerai pinggir jalan Xiaomi shop maupun Xiaomi Store di pusat-pusat perbelanjaan.
Perluasan toko ini dinilai Tse akan memberikan kenyamanan pembelian produk Xiaomi bagi pengguna. Sebab, ia menjamin harga yang tidak dimanipulasi dan tak perlu melakukan tawar-menawar. Tahun ini, Xiaomi berencana untuk menambah 150 toko lagi dari target sebanyak 500 toko.