Penelitian terbaru di Australia menyebut populasi nyamuk pembawa penyakit demam berdarah turun drastis imbas infeksi bakteri.
Uji coba penelitian ini dilakukan dengan izin di kota Mourilyan dan Johnstone Selatan di utara Queensland, wilayah Goondi Bend, dan wilayah pinggiran Innisfail.
Para peneliti selama 20 minggu bekerja sama dengan Verily Life Sciences-sebuah firma penelitian milik perusahan Alphabet yang menaungi Google-melepaskan tiga juta nyamuk jantan yang telah terinfeksi bakteri Wolbachia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hasil dari penelitian ini menunjukkan penurunan populasi nyamuk hingga 80 persen pada tiga lokasi penelitian di Australia. Penekanan populasi di kota Mourilyan dilaporkan memberi hasil yang paling memuaskan, dengan pengurangan populasi nyamuk hingga 97 persen di tahun berikutnya.
Lihat Juga : |
Nyamuk Aedes Aegepty sendiri merupakan nyamuk pembawa berbagai penyakit mulai dari penyakit demam berdarah, Zika, Chikungunya, dan virus-virus lain.
Penelitian yang dimulai pada 2018 ini didokumentasikan dalam studi berjudul 'Releasing incompatible males drives strong suppression across populations of wild and Wolbachia-carrying Aedes aegypti in Australia' yang diterbitkan Selasa di jurnal yang sudah mendapat ulasan sejawat PNAS.
Dilansir dari The Guardian, peneliti dari Organisasi Ilmu Pengetahuan dan Penelitian Industri Persemakmuran Australia (CSIRO), Nigel Beebe yang merupakan kepala penulis dalam studi ini mengatakan nyamuk Aedes Aegepty yang terinfeksi bakteria tersebut akan mengalami sejumlah perubahan pada komponen reproduksinya.
Kemudian nyamuk betina yang kawin melakukan pembuahan dengan nyamuk jantan tersebut akan menelurkan telur-telur yang tidak bisa menetas.
"Wolbachia adalah salah satu bakteri yang bisa ditemukan di banyak serangga," ucap Beebe.
"Hal ini membuat sebuah metode sterilisasi yang baik; metode ini tidak berimbas pada kondisi nyamuk secara keseluruhan," tambahnya.
Dilansir dari Remonews, Beebe mengatakan penekanan populasi nyamuk ini tidak akan memberikan efek negatif pada ekosistem.
"Nyamuk ini hanya terdapat di area perkotaan. Mereka biasanya menggigit manusia, seperti 95 persen. Tata kota adalah sebuah ekosistem buatan, sehingga menghilangkan nyamuk dari ekosistem tersebut tidak akan menjadi masalah," ujarnya.
Nyamuk Aedes aegypti banyak ditemukan di area tropis di lebih dari 120 negara di seluruh dunia. Nyamuk ini menginfeksi jutaan orang setiap tahun dengan virus yang mereka bawa.
Menurut dari dari Badan Kesehatan Dunia (WHO), jumlah kasus demam berdarah meningkat sebanyak delapan kali lipat dalam dua dekade terakhir.
Sebelumnya peneliti sempat mencoba menginfeksi nyamuk Aedes aegypti dengan jenis bakteri Wolbachia yang berbeda. Pada penelitian ini dilakukan di Yogyakarta, Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan penurunan populasi nyamuk sebanyak 77 persen di kota Yogyakarta dibanding dengan area yang tidak mendapatkan program ini.
(lnn/eks)