Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memastikan isu siklus tsunami 100 tahun di selatan Jawa tidak benar.
Sebelumnya, beredar kabar bahwa BMKG meminta agar warga yang tinggal ataupun beraktivitas di pesisir selatan Jawa untuk mewaspadai potensi gempa besar yang berdampak tsunami mengacu siklus 100 tahunan.
Kepala bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami, Daryono memastikan isu ini tidak benar dan belum bisa diprediksi dengan pasti oleh para peneliti.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Isu yang berkembang adanya siklus gempa 100 tahunan di selatan jawa itu tidak benar dan BMKG tidak pernah memberikan pernyataan terkait hal ini," jelasnya saat dihubungi, Jumat (15/10).
Sebelumnya disebutkan Kepala BMKG Stasiun Geofisika Malang Ma'muri dilaporkan memberi peringatan ada potensi gempa besarmagnitudo 8,7 yang bisa berdampak tsunami di pesisir selatan Jawa.
Disebutkan pula bahwa ini merupakan siklus 100 tahunan yang harus diwaspadai. Meski demikian, ia menyebut hal ini adalah potensi yang bisa terjadi dan bisa tidak terjadi.
"Ilmuwan mengatakan itu siklus 100 tahunan, tapi belum tentu pas 100 tahun. Belum ada yang tahu kapan itu terjadi, tapi harus diwaspadai bersama," ucapnya saat melakukan survei lokasi dan evakuasi di pesisir selatan Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, Rabu seperti dikutip Antara, Kamis (14/10).
Daryono menambahkan yang dimaksud oleh Makmuri bahwa yang dimaksud dalam periode ulang gempa 100 tahun, bukan berarti di selatan Jawa Timur setiap seratus tahun ada gempa.
"Perulangan gempa besar atau "return period" itu dalam keyakinan saya, pasti terjadi, karena peristiwa gempa besar adalah siklus. Tetapi masih sulit utk memastikan kapan terjadinya perulangan gempa besar itu
Lebih lanjut, menurutnya para seismolog memang memiliki perhitungan berupa metode statistik terkait periode ulang gempa. Namun, perhitungan ini belum bisa menghasilkan informasi yang presisi kapan akan terjadi perulangan gempa.
Dengan metoda statistik, para ahli dapat melakukan perhitungan periode ulang gempa (return period) tersebut, tetapi kenyataanya hitungan yg dilakukan belum ada yang sukses dengan tepat mampu menjawab kapan terjadi perulangan gempa terjadi, karena tingkat error hasil perhitungan yang dilakukan selama ini besar.
"Belum ada yang tepat menghasilkan informasi kapan gempa besar akan terjadi, pada tahun berapa, bulan apa, atau bahkan hingga tanggal berapa," tambahnya lagi.
Sehingga, masalah perulangan gempa ini masih menjadi bahan kajian dan riset mahasiswa jurusan gempa (seismologi).
"Operasionalnya belum ada untuk prediksi gempa," kata Daryono lagi.
Perhitungan periode ulang gempa ini sendiri menurut Daryono dikembangkan agar ilmuwan bisa memberikan perkiraan yang lebih baik terkait kejadian gempa sehingga bisa menyelamatkan manusia jika terjadi bencana itu. Meski demikian, perhitungan prediksi gempa hingga saat ini belum presisi.