Facebook menghadapi krisis baru setelah seorang whistleblower baru muncul dan menuding perusahaan tersebut lebih mementingkan keuntungan daripada memberantas ujaran kebencian dan informasi keliru di platformnya.
Pelapor yang tidak disebutkan namanya itu merupakan mantan pegawai Facebook. Seperti dilansir AFP pada Sabtu (23/10), ia mengajukan keluhannya kepada regulator keuangan AS Securities and Exchange Commission (SEC).
Dalam pengaduannya, whistleblower baru ini menceritakan situasi pada 2017 saat Facebook memutuskan cara penanganan kontroversi campur tangan Rusia dalam pemilihan presiden AS 2016.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia mengklaim manajer raksasa media sosial itu secara rutin merusak upaya memerangi informasi yang salah dan konten bermasalah lainnya karena takut membuat marah presiden AS saat itu, Donald Trump.
Selain itu, upaya tersebut dinilai berisiko mematikan pengguna yang merupakan kunci keuntungan platform tersebut.
Laporan terbaru memperkuat badai kritik yang dialami Facebook dalam satu bulan terakhir.
Sebelumnya, mantan karyawan yang bernama Frances Haugen membocorkan studi internal yang menunjukkan perusahaan tersebut mengetahui potensi bahaya yang dipicu oleh situsnya sendiri.
Frances Haugen mengatakan kepada anggota parlemen AS pada Selasa (5/10) kemarin bahwa raksasa media sosial itu telah memicu perpecahan, merugikan anak-anak dan karena itu sangat perlu diatur dan dikontrol.
Facebook, kata Haugen, juga mengutamakan keuntungan daripada keamanan.
Dalam kesaksiannya, dia juga menyatakan soal bahaya kekuasaan di tangan Facebook, sebuah pelayanan yang dijalin ke dalam kehidupan sehari-hari begitu banyak orang. Apalagi, ketika perusahaan sengaja menyembunyikan informasi penting dari publik.
"Perusahaan sengaja menyembunyikan informasi penting dari publik, dari pemerintah AS dan dari pemerintah di seluruh dunia," kata pernyataan Haugen.
Namun, Facebook telah menolak keras kesaksian yang disampaikan Haugen tersebut. Mereka melalui juru bicara perusahaan Andy Stone menyatakan Haugen tidak punya pengetahuan dan bukti atas semua masalah yang dituduhkannya.
(chri)