Selain itu, menurut Ikram temuan ini juga dapat memperluas pemahaman para ahli tentang perdagangan internasional selama Dinasti Kelima. Sebab, resin yang digunakan untuk mengawetkan mayat diduga berasal dari Near East, di Lebanon, seperti dikutip dari The National.
"Resin yang digunakan untuk mengawetkan mayat itu kemungkinan besar diimpor dari Near East, dari Lebanon," katanya.
Keberadaan bahan-bahan ini di Mesir pada saat itu menyiratkan perdagangan dengan kerajaan-kerajaan tetangga jauh lebih luas daripada yang diperkirakan sebelumnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penemuan ini telah didokumentasikan dalam serial baru National Geographic, Lost Treasures of Egypt, yang mulai ditayangkan pada 7 November mendatang.
Tom Cook, dari Windfall Films yang memproduseri serial tersebut, mengatakan bahwa Ikram awalnya tidak percaya bahwa Khuwy berasal dari Kerajaan Lama karena teknik mumifikasi yang canggih.
"Mereka tahu tembikar di makam itu adalah Kerajaan Lama tetapi [Ikram] tidak berpikir mumi itu berasal dari [periode itu] karena diawetkan dengan sangat baik," kata Cook.
Makam berornamen Khuwy menampilkan hieroglif yang menunjukkan penguburan itu terjadi selama periode Dinasti Kelima, yang mencakup awal abad ke-25 hingga pertengahan abad ke-24 SM, seperti dilansir dari majalah Smithsonian.
Para arkeolog juga menemukan tembikar dan guci yang digunakan untuk menyimpan bagian tubuh selama proses mumifikasi yang berasal dari masa itu.
Tim Ikram akan melakukan tes lebih lanjut untuk memastikan bahwa jenazah tersebut memang milik Khuwy.
Dia mengatakan tetap ada kemungkinan bahwa orang lain bisa saja dimumikan dan dikubur berabad-abad kemudian dengan tujuan pemakaman ulang.
"Saya tetap ragu-ragu sampai kita dapat melakukan penanggalan karbon-14," kata Ikram.
Proses identifikasi lebih lanjut itu kemungkinan akan memakan waktu enam hingga delapan bulan.
(mrh/fjr)