Studi: Antibodi Covid-19 Bertahan 10 Bulan Usai Terinfeksi

CNN Indonesia
Senin, 01 Nov 2021 16:44 WIB
Sebuah penelitian menyebut bahwa antibodi Covid-19 pada tubuh manusia bertahan hingga 10 bulan usai terinfeksi.
Sebuah penelitian menyebut bahwa antibodi Covid-19 pada tubuh manusia bertahan hingga 10 bulan usai terinfeksi. (Foto: cnnindonesia/andrynovelino)
Jakarta, CNN Indonesia --

Sebuah penelitian yang diterbitkan Nature Microbiology menyebut antibodi Covid-19 dalam tubuh orang yang belum divaksin hanya bertahan selama 10 bulan setelah mereka terinfeksi.

Hasil tersebut ditemukan dalam penelitian dengan melihat antibodi dari 38 pasien dan petugas kesehatan di Rumah Sakit St Thomas yang terinfeksi dalam gelombang pertama Covid-19, sebelum mereka divaksinasi.

Meskipun terjadi penurunan awal tingkat antibodi setelah infeksi, hasil menunjukkan bahwa kebanyakan orang (18/19 pasien) terdeteksi hanya bisa mempertahankan tingkat antibodi mereka 10 bulan setelah terinfeksi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dilansir Medical Express, antibodi diperlukan untuk membantu melawan Covid-19 dengan mengikat virus SARS-CoV-2 serta mencegah virus menginfeksi sel.

Hasil menunjukkan berapa lama antibodi tetap berada dalam tubuh untuk melawan infeksi ke depannya.

Para peneliti, yang dipimpin oleh Katie Doores dari School of Immunology & Microbial Sciences, juga menguji bagaimana antibodi yang terbentuk untuk melawan varian spesifik SARS-CoV-2 mampu merespons varian lain, seperti varian alfa, beta, dan delta.

Sementara antibodi dari varian SARS-CoV-2 spesifik mampu menghasilkan respons yang kuat terhadap infeksi dari varian mereka sendiri.

Antibodi mengikat protein lonjakan pada virus SARS-CoV-2, dan vaksin meniru protein ini untuk menciptakan respons imun terhadap SARS-CoV-2.

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa antibodi kurang efektif ketika melawan varian yang berbeda.

Mutasi pada varian baru SARS-CoV-2 (alpha, beta, delta) telah menimbulkan kekhawatiran tentang apakah vaksin yang dikembangkan untuk menargetkan varian SARS-CoV-2 asli akan efektif terhadap varian baru, dan apakah vaksin baru harus dirancang terhadap varian ini.

"Penelitian ini memberikan wawasan unik tentang respons antibodi penetral silang yang disebabkan oleh varian SARS-CoV-2 yang berbeda," Dr Liane Dupont dalam pernyataan yang dilansir dari Kings College London.

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa ada perbedaan protein dari lonjakan varian alfa, beta, dan delta. Hal ini menandakan bahwa vaksin yang dirancang di sekitar salah satu varian baru ini mungkin kurang efektif terhadap varian lain.

Hasil ini juga menunjukkan bahwa vaksin yang saat ini dirancang berdasarkan varian asli SARS-CoV-2 memberikan perlindungan terbaik terhadap semua varian dan digunakan dalam vaksin.

Penelitian ini merupakan lanjutan dari penelitian sebelumnya, yang juga dipimpin oleh Katie Doores, yang mengamati respons antibodi Covid-19 dalam waktu tiga bulan.

"Penelitian ini dimungkinkan karena kolaborasi erat dengan rekan klinis di Rumah Sakit St Thomas yang mampu mengurutkan virus yang menginfeksi pasien yang dirawat di rumah sakit," terang Doores.

(ttf/fjr)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER