Merger PT Indosat Tbk (Indosat Ooredoo) dan PT Hutchison 3 (Tri) Indonesia (H3I) yang menciptakan perusahaan baru bernama TP Indosat Ooredoo Hutchison (IOH) kian mempersempit jumlah operator seluler di tanah air.
Dari yang sebelumnya berjumlah berjumlah lima yakni Telkomsel, Indosat Ooredoo, XL Axiata, Smartfren, dan Tri, kini tersisa empat.
Lalu berapa sebenarnya jumlah ideal dari operator seluler di RI ini?
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Anggota Dewan Teknologi Informasi dan Komunikasi Nasional (Wantiknas), Garuda Sugardo, menyebut bahwa dirinya pernah berbicara dengan Rudiantara yang saat itu masih menjabat sebagai Menteri Komunikasi dan Informatika (Kominfo), menyebut bahwa dirinya mengharapkan jumlah operator telekomunikasi di Indonesia idealnya menjadi tiga saja.
"Salah satu topik favorit kami adalah tentang konsolidasi lima telekomunikasi untuk menjadi tiga telco (operator telekomunikasi) seluler saja," ujar Garuda kepada CNNIndonesia.com, Selasa (9/11).
Menurutnya, dari perspektif industri, hal tersebut adalah suplemen penyehatan dan penambah daya yang kini sudah mulai menjadi kenyataan.
Opini yang sama juga datang dari Wakil Direktur Operasi Cyber Security Independence Resilience Team of Indonesia, Salahuddien Manggalanny.
Ia menyebut bahwa idealnya jumlah perusahaan telekomunikasi di Indonesia tidak kurang dari tiga dan tidak lebih dari lima.
"Menurut saya tidak kurang dari tiga tapi tidak lebih dari lima cellular provider (penyedia seluler) dengan coverage nasional," ujar Salahuddien kepada CNNIndonesia.com, Rabu (10/11).
Hal tersebut tentu bukan tanpa alasan, menurut Salahuddien, jika jumlah operator seluler ini kurang dari tiga maka tidak menutup kemungkinan akan ada monopoli pasar dan akan lambat atau malas mengembangkan infrastruktur dan fitur layanan.
Sedangkan jika lebih dari lima, maka tidak akan ada untung. "Kalau lebih dari lima, gak ada untung. China yang segede itu, hanya ada 3 operator: China Telecom + akuisisi China Mobile CDMA division, China Mobile dan China Unicom + akuisisi China Netcom," imbuhnya.
Menurut Garuda, dengan hadirnya IOH akan menciptakan perusahaan telekomunikasi terbesar kedua di Indonesia setelah perusahaan plat merah Telkomsel.
"Mimpi indah proses merger antara Indosat Ooredoo dan H3I adalah menyatukan dua entitas bisnis yang saling melengkapi untuk menciptakan telekomunikasi digital terbesar ke-2 di Indonesia, serta memberi kemaslahatan untuk pelanggan pada khususnya dan masyarakat pada umumnya," ujarnya.
Dilihat dari jumlah pelanggan, gabungan Indosat dan Tri total bakal meraup sekitar 95 juta pelanggan, jumlah kedua terbesar setelah Telkomsel. Secara keseluruhan, jumlah pelanggan seluler di Indonesia pada 2021 menurut Garuda Telkomsel sekitar 165 jt, Indosat Ooredoo 60 juta, XL Axiata 57 juta, Smartfren 32 juta, dan 3Tri 35 juta. Total SIMCard sekitar 350 juta untuk 272 juta penduduk Indonesia.
Selain itu, kolaborasi bisnis PT Indosat Tbk (Indosat Ooredoo) dan PT Hutchison 3 Indonesia (H3I) ini, menurut Garuda bisa dibayangkan kedahsyatan kreasi gaya bisnis dan daya saingnya di kemudian hari.
Sebab, menurutnya kedua perusahaan merupakan pemain global yang berpengalaman malang melintang di 22 pasar di pelbagai belahan dunia. Selain itu, modal uang kedua perusaaan disebut tak berseri dan memang berambisi menjadi operator telekomunikasi kedua di Indonesia.
Ambisi ini juga tampak dari target pendapatan tahunan usai merger sebesar US$3 miliar atau sekitar Rp42,8 triliun. Menurutnya, obsesi tersebut cukup mengagumkan karena jumlah ini akan lebih besar daripada pendapatan Telkom Group bila dihitung tanpa Telkomsel.