ANALISIS

Timbang-timbang Merger Susulan, Usai Indosat-Tri

CNN Indonesia
Kamis, 11 Nov 2021 13:45 WIB
Pengamat membeberkan potensi merger susulan usai penggabungan Indosat dan Tri mendapat lampu hijau dari Kemenkominfo.
Ilustrasi. Pengamat membeberkan potensi merger susulan usai penggabungan Indosat dan Tri mendapat lampu hijau dari Kemenkominfo. (my.tri.co.id)

Salahuddien berpendapat setelah merger Indosat Ooredoo dan Tri, masyarakat khususnya pelanggan eksisting Tri akan banyak menerima manfaat opsional seperti coverage yang jauh lebih luas karena masuk ke infrastruktur indosat.

"Saya kira, dari segi bisnis tujuan kedua belah pihak sudah akan tercapai. Tetapi lain soal dengan apakah akan ada peningkatan layanan bagi end user itu masih tanda tanya besar," katanya.

Menurut Salahuddien untuk membuktikan hal tersebut mungkin perlu waktu sampai konsolidasi teknis tercapai dan bisa menawarkan fitur layanan baru dari hasil merger ini.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lebih lanjut, ketika ditanya soal konsolidasi tersebut dapat menjadi solusi agar tidak terjadi perang harga antar operator seluler, Salahuddien menjawab karena market sudah jenuh akibat kebanyakan pemain. Sehingga, harus ada regulasi baru dari pemerintah yang secara efektif menghentikan model bisnis yang saat ini saling memangsa (predatory) sekarang ini. Salah satunya dengan mengubah model bisnis seluler yang mengandalkan layanan prabayar menjadi pascabayar.

"Caranya, dengan konversi layanan prabayar ke pasca bayar sehingga market menjadi fixed tidak volatile karena banyak 'petualangan' di balik praktek model bisnis prabayar sekarang ini," imbuh Salahuddien.

Hal tersebut, menurut Salahuddien akan menjamin kepastian market bagi operator yang sekarang ini tepat momentumnya karena sudah dari sisi bisnis sudah bergabung dengan mergernya Indosat - Tri.

Salahudin menerangkan bahwa jika regulator berani melakukan konversi pra bayar ke pasca bayar, sebagaimana model bisnis yang lazim berlaku di semua negara, maka market telekomunikasi kita akan segera menjadi stabil dan dewasa. Artinya, operator bisa berkonsentrasi dengan menyelenggarakan model bisnis inovatif dan pelayanan yang terbaik, bukan saling caplok market seperti sekarang.

Masyarakat sebagai pengguna juga otomatis diuntungkan dengan terselenggaranya layanan yang berkualitas dan terus menawarkan fitur inovatif.

"Untuk menjamin perlindungan konsumen, maka setelah migrasi prabayar ke pasca bayar, regulator perlu melanjutkan dengan aturan number portability yang memungkinkan pengguna berpindah layanan atau provider dengan tetap menggunakan nomor yang sedang digunakannya alias tidak perlu ganti nomor setiap kali pindah provider. Dengan demikian, operator justru punya peluang untuk menawarkan fitur atau pun program loyalitas," pungkas Salahuddien.

Merger Susulan?

Garuda menyebut saat ini kompetisi di belantika seluler menjadi kian menarik dan kemungkinan akan juga ada merger susulan.

"Masih ada XL Axiata dan Smartfren yang sudah PDKT dan terus saling menjajaki. Akankah mereka berjodoh? Wallahu a'lam. Tapi bila mereka berpikir cerdas dan ingin tetap diperhitungkan di pasar terbuka, rasanya tidak ada pilihan untuk segera 'kawin'. Faster is better," katanya.

Garuda juga mengatakan bahwa alangkah akan kompetitif dan efisiennya industri telekomunikasi bila Indonesia kelak hanya memiliki tiga telekomunikasi seluler saja di tengah masyarakat. Menurutnya, industri telekomunikasi seluler bukan seperti layanan perbankan atau stasiun siaran tivi yang jumlahnya bisa puluhan. Pilihan di pasar terhadap tiga operator amat ideal bagi masyarakat luas dan penataan spektrum 5G ke depan.

Platform teknologi mereka tidak berbeda, ceruk pasarnya serupa, coverage di kota besar tak jauh berbeda, tarifnya relatif sama, kualitas pelayanannya pun setara.



(mrh/eks)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER