Spesies kumbang harimau berwarna indah sejauh ini hanya ditemukan di parit berlumpur dan asin. Sebanyak 18 spesimen dikumpulkan pada tahun 1992 dan 1994, dan sejak itu disimpan di museum dan koleksi pribadi.
Sedikit yang diketahui tentang distribusi spesies ini, karena dikumpulkan dari dua lokasi di negara bagian Coahuila di Meksiko utara.
Nama ilmiah spesies 'mecocheila' berasal dari labrumnya, area kutikula yang rata yang lebih memanjang daripada spesies serupa. Kata ini berasal dari bahasa Yunani di mana 'meco-' berarti panjang dan '-cheila' berarti bibir.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berukuran hanya beberapa sentimeter, anggrek permata kecil ini ditemukan di dekat puncak Gunung Khao Luang di Taman Nasional Khao Luang di Thailand selatan. Spesies ini merupakan spesies ketiga dari genus Corybas yang dideskripsikan dari negara tersebut.
Staf dari Bangkok Forestry Herbarium melihat anggrek permata yang tumbuh di antara lumut pada ketinggian sekitar 1.700 meter di atas permukaan laut, dan mencatat bahwa ia memiliki kombinasi karakter unik yang tidak cocok dengan spesies Corybas lain yang diketahui.
Analisis lebih lanjut menegaskan bahwa itu adalah spesies baru dalam ilmu pengetahuan, dan nama spesifik 'papilatus' mengacu pada papila di salah satu sepal.
Lihat Juga : |
Ini adalah salah satu dari dua spesies baru ular berbisa yang telah dideskripsikan oleh para peneliti, yang mempelajari filogeni molekuler ular berbisa di Asia. Spesies ini meningkatkan jumlah spesies dalam genus Gloydius menjadi 23.
Nama ilmiah spesies ini didedikasikan untuk Profesor Pi-Peng Li, seorang herpetologis profesional di Universitas Shenyang yang telah mempelajari keanekaragaman herpetologis di Dataran Tinggi Qinghai-Tibet dan sebagai penulis utama makalah tersebut.
Serangga berjenis ngengat Sphinx Wallace ini memiliki belalai terpanjang di dunia dengan tinggi 28 sentimeter. Spesies ini dinamai Alfred Russell Wallace.
Kadang-kadang spesies ini dikenal sebagai ngengat Darwin, untuk Charles Darwin. Hal itu karena kedua pendiri teori evolusi sama-sama meramalkan bahwa ngengat seperti itu harus ada.
Pada tahun 1862, Darwin menerima anggrek Angraecum sesuipedale (sekarang disebut sebagai anggrek komet Darwin) dan berhipotesis bahwa ada ngengat berlidah panjang yang mampu menyerbuki.
Tidak lama kemudian, Alfred Wallace meramalkan bahwa ngengat ini akan menjadi anggota kelompok Spingidae dan kerabat dari spesies ngengat yang dikenal sebagai Sphinx Morgan (Xanthopan morganii).
Ngengat ini akhirnya ditemukan di Madagaskar lebih dari 30 tahun kemudian, dan dianggap sebagai subspesies Sphinx Morgan, dan diberi nama subspesies 'praedicta'.
Namun, ilmuwan morfologi dan genetik baru-baru ini telah membuktikan bahwa itu sebenarnya adalah spesies yang terpisah, dan sekarang telah dipromosikan ke peringkat spesies, menghilangkan 'morganii' dari nama ilmiahnya.
Ahli biologi dari Central University of Punjab menemukan lumut ini selama ekspedisi enam bulan ke Antartika pada 2017, dan setelah lima tahun penelitian, telah dikonfirmasi bahwa itu adalah spesies yang sebelumnya tidak tercatat.
Ekspedisi tersebut adalah yang ke-36 oleh para ilmuwan India, dan Profesor Felix Bast menemukan spesies tersebut di Larsemann Hills, yang menghadap ke Samudra Selatan dan dekat dengan Bharati, salah satu stasiun penelitian Antartika di India.
Bharati adalah dewi Hindu, yang kadang dikenal sebagai Saraswati, dan merupakan dewi pengetahuan dan kebijaksanaan. Nama ilmiah spesies lumut baru ini juga merayakan dewi, dengan nama khusus 'bharatiense', menurut laporan Discover Wild Life.
Simak 12 spesies baru sepanjang 2021 lainnya di artikel bagian kedua.
(can/fjr)