Jika ular diibaratkan sebagai minuman panas, Stegonotus aplini akan menjadi latte macchiato. Ular ini memiliki transisi warna yang mulus dari putih susu ke coklat kopi di sepanjang tubuhnya.
Warna tersebut membedakan ular ini dari kerabat terdekatnya, yang cenderung memiliki warna abu-abu atau coklat yang seragam.
Ular yang memiliki habitat berburu di wilayah selatan Papua Nugini ini kerap membuat penduduk setempat sangat takut dengan spesies tersebut, meskipun tampaknya ular ini tidak berbahaya bagi manusia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal ini kemungkinan karena ular ini sedikit mirip dengan ular berbisa yang berkerabat jauh dengannya, yang juga sering muncul di wilayah tersebut.
Bunglon kecil seukuran biji ini disebut bisa mendapat gelar reptil terkecil di Bumi.
Bunglon nano jantan ini memiliki panjang tubuh hanya 13,5 milimeter, namun alat kelaminnya seperlima dari ukuran tubuhnya, memungkinkannya untuk kawin dengan betina yang lebih besar.
Sebuah tim ilmuwan internasional memantau reptil mungil ini di dalam hutan hujan pegunungan yang terdegradasi di wilayah Madagaskar utara.
Meski baru ditemukan, para peneliti merekomendasikan bunglon mungil ini untuk masuk daftar hewan Sangat Terancam Punah pada Daftar Merah Spesies Terancam Perserikatan Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN).
Para peneliti yang melakukan survei populasi kelelawar di gua-gua alam dan terowongan pertambangan di Pegunungan Nimba di Guinea pada 2018 dikejutkan atas penemuan kelelawar oranye dan hitam yang mencolok dan besar, yang tidak cocok dengan deskripsi untuk spesies lokal lainnya yang pernah dikenal.
Kemudian analisis lebih lanjut dari data morfologi, morfometrik, ekolokasi, dan genetik mengungkapkan bahwa itu adalah spesies yang belum diketahui sains.
Kelelawar yang kemudian diberi nama Myotis nimbaensis ini diberi nama berdasarkan lokasi penemuannya, yakni Pegunungan Nimba.
Wilayah Pegunungan Nimba digambarkan sebagai "pulau langit Afrika", dan pegunungan ini adalah rumah bagi keanekaragaman hayati yang luar biasa.
Para ilmuwan meyakini bahwa spesies yang baru ditemukan ini kemungkinan akan Sangat Terancam Punah, dan bisa menjadi spesies kelelawar kedua yang hanya ditemukan di pegunungan ini, selain kelelawar daun bundar Lamotte yang Sangat Terancam Punah.
Spesies kadal baru mirip naga ini telah dideskripsikan secara resmi setelah melewati tujuh tahun penelitian lapangan.
Kadal dengan nama ilmiah Enyalioides feiruzae ini bisa muncul dalam berbagai warna mulai dari pirus, hijau, abu-abu dan coklat, dengan garis di punggung dan bintik-bintik di sisinya.
Spesies baru terebut merupakan bagian dari genus kadal kayu, dan mereka ditemukan di Amerika Selatan bagian utara dan Panama, dan sangat mirip dengan E. rudolfarndti yang terpisah secara geografis.
Kadal kayu feiruz ditemukan di cekungan Sungai Huallaga di Andes Peru, daerah yang belum banyak diteliti karena kondisi konflik dengan organisasi teroris dan pengedar narkoba pada 1980-an dan 1990-an.
Nama spesies terbaru ini berasal dari nama Feiruz, seekor iguana hijau betina milik Catherine Thomson yang mendukung penelitian taksonomi melalui BIOPAT, sebuah organisasi non-profit yang bergerak di bidang taksonomi untuk keanekaragaman hayati.
Itulah sejumlah spesies yang baru ditemukan sepanjang tahun 2021, dirangkum oleh Discover Wildlife.
(lnn/fjr)