Analisa Ahli Banjir di Jakarta dan Konvektif Skala Meso 800 Km di Jawa
Akademisi Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (STMKG) Deni Septiadi memaparkan hasil analisa terkait fenomena hujan lebat menyebabkan banjir di wilayah Jakarta pada Selasa (18/1).
Sejumlah wilayah Jakarta diguyur hujan lebat yang menyebabkan banjir di 19 titik. Titik banjir tersebut tersebar hampir di seluruh wilayah Jakarta, namun banjir didominasi oleh wilayah Jakarta Barat dengan 12 titik.
Deni menyebut akumulasi curah hujan selama 12 jam terakhir mencapai angka 200 milimeter dan masuk kategori ekstrem.
"Akumulasi curah hujan 12 jam terakhir telah mencapai 200 mm lebih yang tentu saja masuk dalam kategori curah hujan ekstrem (>150 mm per hari)," kata Deni kepada CNNIndonesia.com, Selasa (18/1).
Curah hujan tinggi tersebut, Deni menilai bisa terjadi banjir lebih meluas karena tanah sudah tidak bisa menampung air hujan.
"Engga tenggelam Jawa.. mukjizat," ujarnya.
Menurut Deni, hujan dengan level ekstrem tersebut terjadi akibat sistem konvektif skala Meso yang bahkan ketika proses inisiasi awal tumbuh memanjang hingga 800 kilometer di atas pulau Jawa bagian utara.
Deni menyebut sel awan skala meso atau Meso Convective System (MCS) tersebut sangat matang dan dapat bertahan hingga lebih dari 6 jam.
Kemudian Deni juga menyebut awan tersebut tumbuh dan berkembang dengan sangat masif karena kondisi labilitas atmosfer yang kuat serta adanya aliran fluida dari Asia.
"Estimasi labilitas atmosfer yang ditunjukkan dengan nilai indeks CAPE mencapai 1000 J/Kg yang dalam kondisi real bahkan dapat mencapai di atas 2000 J/Kg mengindikasikan atmosfer dalam kondisi labil kuat," tutur Deni.
Dijelaskan Deni, aliran fluida dari Asia (Siberia) akibat penguatan monsoon yang konvergen di atas Jawa mengakibatkan awan-awan tumbuh dan berkembang sangat masif.
(lom/mik)