BRIN Ungkap 3 Masalah Pengembangan Vaksin Merah Putih

CNN Indonesia
Rabu, 26 Jan 2022 16:55 WIB
Tak ada pengalaman buat vaksin dari nol, tidak ada fasilitas penelitian skala industri, dan kurang infrastruktur adalah masalah pengembangan vaksin Merah Putih.
https://www.cnnindonesia.com/tag/vaksin-merah-putih. (ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto)
Jakarta, CNN Indonesia --

Vaksin Merah Putih asli Indonesia yang dibuat untuk menangani pandemi Covid-19 memiliki sejumlah kendala dalam pengembangannya.

PLT Organisasi Riset Ilmu Pengetahuan Hayati BRIN, Iman Hidayat, menyebut, kendala atau kelemahan di beberapa lini membuat pengembangan vaksin merah putih tidak bisa secepat beberapa negara lain seperti China atau India.

Indonesia saat ini tengah mengembangkan vaksin merah putih melalui tujuh tim pengembang yang terdiri dari Universitas Airlangga, Institut Teknologi Bandung, Universitas Padjajaran, Universitas Gajah Mada, Universitas Indonesia (dua tim), dan Lembaga Biologi Molekuler Eijkman atau yang sekarang telah berubah menjadi Pusat Riset Biologi Molekuler Eijkman yang berada di bawah BRIN.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tujuh tim tersebut mengembangkan vaksin dengan platform yang berbeda-beda. Tim yang saat ini berada paling depan dan akan melaksanakan uji klinis dalam waktu dekat adalah Universitas Airlangga, yang mengembangkan vaksin dengan platform inactivated virus atau virus yang dilemahkan.

Sedangkan yang dikembangkan PRBM Eijkman-BRIN adalah vaksin platform protein rekombinan.

Meski menggunakan platform berbeda-beda, Iman menyebut secara umum kendala pada pengembangan vaksin dalam negeri ada tiga, yakni pengalaman peneliti dalam pengembangan vaksin, kolaborasi dengan industri, serta masalah kurangnya infrastruktur.

"Peneliti kita tidak memiliki pengalaman mengembangkan vaksin mulai dari nol. Jadi vaksin Polio dan lainnya yang diproduksi dari Bio Farma adalah membeli license dan tidak dikembangkan dari nol," ujar Iman dalam acara virtual bertajuk Talk to Scientist, Rabu (26/1).

Iman berharap apa yang tengah dikembangkan saat ini menjadi pembelajaran untuk masa depan dunia riset Indonesia, agar di kemudian hari Indonesia dapat mandiri dalam pengembangan vaksin.

Kemudian Iman juga mengatakan masalah di sektor industri yang menjadi titik lemah Indonesia adalah tidak banyak industri di Indonesia yang punya fasilitas penelitian dan pengembangan vaksin.

"Industri di Indonesia tidak banyak yang memiliki fasilitas R&D vaksin," ujarnya.

Lalu kendala terakhir adalah masih kurangnya infrastruktur pendukung pengembangan vaksin dalam negeri.

Meski dilanda kendala-kendala tersebut, pengembangan vaksin merah putih masih terus dilakukan dan diharapkan bisa masuk ke tahap uji pra-klinis dalam beberapa waktu dekat.

Dalam acara yang sama, Pelaksana tugas Kepala PRBM Eijkman Wien Kusharyoto menyebut vaksin Covid-19 dengan platform sub unit protein rekombinan itu masih dalam proses pengembangan.

"Riset Vaksin Merah Putih masih berjalan, yang berbasis sel ragi atau yeast dalam proses pengembangan lebih lanjut. Tingkat produksinya juga sudah sesuai dengan taraf yang diisyaratkan pihak industri, dalam hal ini PT. Bio Farma," katanya.

Mendukung pernyataan Wien, Peneliti Pusat Riset Biologi Molekular Eijkman-BRIN, Tedjo Sasmono mengatakan saat ini perkembangan Vaksin Merah Putih yang diteliti oleh tim PRBM Eijkman-BRIN sudah dalam tahap hilirisasi di mitra industri, yakni PT Bio Farma.

(lom/fea)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER