Situs Penginapan untuk Pengungsi Ukraina yang Terdampak Invasi Rusia

CNN Indonesia
Senin, 14 Mar 2022 12:55 WIB
Ide ini muncul dari Mahasiswa Universitas Harvard, Avi Schiffmann, yang mengembangkan situs untuk pelacakan penyebaran SARS-CoV-2, pada usia 17 tahun.
Ilustrasi situs mempertemukan pengungsi Ukraina dan warga dunia yang mau menerima. (Foto: REUTERS/GLEB GARANICH)
Jakarta, CNN Indonesia --

Mahasiswa Universitas Harvard, Avi Schiffmann (19) dan Marco Burstein (18) mengembangkan situs yang bisa mempertemukan pengungsi Ukraina dengan tempat tinggal di negara lain. Aplikasi ini diharapkan bisa menolong warga Ukraina yang terlantar imbas invasi Rusia.

Ide ini muncul dari Avi, yang mengembangkan situs untuk pelacakan dan penyebaran SARS-CoV-2 di seluruh dunia bernama ncov2019, pada usia 17 tahun.

Situs itu diterima dengan sangat baik sehingga Avi dianugerahi penghargaan Webby Person of the Year secara online pada 2020, oleh Anthony S. Fauci.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Avi belakangan aktif menjadi aktivis penolakan serangan Rusia ke Ukraina. Ia juga menghadiri demonstrasi untuk memprotes invasi tersebut, di San Diego, California.

"Saya tidak bisa berhenti memikirkan apa yang bisa saya lakukan untuk membantu. Saya ingin melakukan sesuatu yang berdampak instan," ujarnya Avi.

Dengan begitu ia menciptakan situs yang bisa mempertemukan antara pengungsi Ukraina yang membutuhkan tempat tinggal, dengan tuan rumah yang ingin memberi pertolongan di negara lain.

"Ide yang keren adalah membuat situs web untuk mencocokkan pengungsi Ukraina dengan tuan rumah di negara tetangga," pungkasnya.

Dia meminta bantuan dari orang-orang yang berbicara bahasa lain untuk menerjemahkan situs web ke dalam bahasa Ukraina, Rusia, Polandia, Ceko dan Rumania.

Kemudian Avi mengirim pesan singkat kepada teman sekelasnya di Universitas Harvard, Marco Burstein seorang ahli pengkodean komputer untuk membantu mengembangkan situs tersebut.

Keduanya bekerja tanpa henti mengirimi pesan teks, untuk melengkapi data individu yang berkenan memberi bantuan tempat tinggal.

Pada 3 Maret, mereka meluncurkan Ukraina Take Shelter. Sebuah situs dengan 12 bahasa, yang dapat mempertemukan dua pihak antara pemberi tempat tinggal dan pengungsi. Bangunan yang ditempati antara lain kondominium resor yang tak terpakai, apartemen, hingga asrama sekolah.

"Jika seseorang memiliki sofa yang tak terpakai, bisa digunakan untuk menolong seorang pengungsi. Dan jika seseorang memiliki rumah, mereka bisa mengunggahnya di situs untuk pengungsi," katanya.

Avi mengatakan, apa yang mereka lakukan adalah membuat situs yang menyerupai platform sewaan tempat singgah, Airbnb, namun dengan cepat, sederhana dan gratis.

Pada minggu pertama situs diluncurkan, sebanyak 4.000 tuan rumah membuka pintu untuk pengungsi Ukraina, di antaranya warga Amerika Serikat. Dia mengatakan jumlah pemberi tempat pengungsian perlahan bertambah setiap harinya.

Marco mengatakan dalam beberapa kasus, tuan rumah bahkan mencari tiket pesawat untuk menyelamatkan keluarga mereka di Ukraina agar bisa mengungsi di tempatnya.

Di situs Ukraina Take Shelter, para pengungsi bisa mencari lokasi dan puluhan tawaran hunian dari kota-kota di negara tetangga. Mereka juga dapat menentukan jumlah orang yang membutuhkan tempat berlindung, apakah mereka memiliki hewan peliharaan, atau anggota keluarga dengan kebutuhan khusus.

Misalnya pada 9 Maret lalu, seseorang melarikan diri dari Kyiv, Ukraina dan menemukan daftar pemberi tempat tinggal sementara dan menawarkan akomodasi. Mulai dari sofa, apartemen satu kamar tidur, hingga hunian yang dilengkapi delapan kamar tidur di Rumania.

Tak hanya menawarkan hunian untuk manusia. Beberapa menawarkan untuk memberikan tempat berlindung bagi hewan peliharaan, menurut laporan Independent.

"Kami menawarkan tempat sementara untuk seekor anjing, Kami tinggal di gedung apartemen, tetapi memiliki banyak area hijau dan taman anjing di sekitar kami. Anjing Anda akan mendapat makanan, perawatan, tempat tidur dan jalan-jalan," ujar seorang pembawa berita di Latvia, mengutip postingan di situs.

Developer mengklaim, situs web itu didesain sederhana dan tak disertai alamat lengkap tuan rumah atau pengungsi, karena alasan keamanan, menurut laporan Washington Post.

(can/mik)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER