Ukrtelecom, penyedia internet terbesar di Ukraina dalam hal jangkauan geografis, menjadi target serangan siber besar.
Layanan Komunikasi Khusus Negara Ukraina melaporkan, selama serangan yang dilakukan oleh pasukan Rusia, Ukrtelecom membatasi layanannya kepada pengguna pribadi dan klien bisnis untuk mempertahankan cakupan militer, keamanan teknis, dan dinas intelijen Ukraina. Perusahaan dapat memulihkan konektivitas ke semua pengguna setelah beberapa jam.
Menurut Reuters, warga Rusia telah mengalami 'panic buying' obat-obatan seperti pil tidur, kontrasepsi, obat kanker, obat jantung, hormon dan antidepresan menyusul peningkatan lebih lanjut sanksi dan boikot Barat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Informasi dari perusahaan analisis data Rusia DSM Group telah menunjukkan bahwa, dalam dua minggu antara 28 Februari sampai 13 Maret, orang Rusia membeli kebutuhan farmasi berjumlah 270,5 juta item dengan nilai beli sekitar US$104 miliar atau sekitar Rp1,5 juta triliun.
Sergei Shulyak selaku Direktur Umum DSM Group mengatakan bahwa lonjakan itu karena ada ketakutan di masyarakat.
"Ketakutan pertama adalah segalanya bisa menjadi lebih mahal dan ketakutan kedua adalah obat-obatan yang mereka butuhkan tidak akan tersedia dalam beberapa waktu. Ketakutan itu menggerakkan orang. Mereka mengantre di apotek dan membeli semuanya," katanya.
Shuylak menjelaskan bahwa dia memperkirakan lonjakan akan stabil dari waktu ke waktu, karena banyak produsen Rusia masih mampu memproduksi obat generik dan produsen asing masih dapat memasoknya, meskipun dengan harga yang lebih tinggi.
Namun, dia mengungkapkan kekhawatiran bahwa memburuknya hubungan dengan Barat dapat membuat produsen obat Rusia tidak dapat memperoleh beberapa bahan yang dibutuhkan untuk membuat produk obat.
New York Times melaporkan bahwa Badan Energi Internasional, sebuah organisasi antar pemerintah otonom memperingatkan bahwa invasi Rusia ke Ukraina kemungkinan akan menciptakan krisis energi global yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Badan tersebut didirikan setelah krisis minyak 1973 dengan tujuan untuk membantu menstabilkan pasar energi global. Badan tersebut juga mengeluarkan beberapa rekomendasi untuk membantu negara-negara mengurangi ketergantungan mereka pada minyak.
"Mengurangi permintaan adalah cara mengatasi situasi tanpa hanya memompa lebih banyak minyak," kata Fatih Birol, direktur eksekutif badan tersebut menurut nature.
Rekomendasi badan tersebut termasuk mengurangi batas kecepatan, pengurangan tarif angkutan umum, mempromosikan penggunaan kereta api di atas pesawat terbang, jika memungkinkan; mendorong carpooling, melembagakan hari bebas mobil di kota-kota, dan mengurangi perjalanan dengan menyuruh orang bekerja dari rumah tiga hari seminggu.
Badan ini juga mengajukan beberapa rekomendasi untuk diterapkan dalam jangka panjang, seperti membangun infrastruktur yang diperlukan untuk memprioritaskan kendaraan listrik.
(ttf/mik)