Mengenal Malapetaka Senjata Kimia Rusia yang Dituding Ukraina

CNN Indonesia
Selasa, 12 Apr 2022 17:24 WIB
Ilustrasi. (ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A)
Jakarta, CNN Indonesia --

Ukraina menuding Rusia akan menggunakan senjata kimia dalam invasinya di Mariupol. Meski tudingan ini belum terkonfirmasi, kehadiran senjata kimia pada perang menimbulkan kekhawatiran bagi pihak Ukraina.

"Hari ini, kami mendengar pernyataan dari penjajah [Rusia] mengonfirmasi bahwa mereka tengah bersiap melakukan teror lanjutan terhadap kami," ujar Presiden Volodymyr Zelensky dalam sebuah pesan video yang dirilis Senin (11/4).

"Salah satu juru bicara mereka mengatakan, mereka mempertimbangkan menggunakan senjata kimia di Mariupol," tambahnya.

Lantas apa sebenarnya senjata kimia yang dimaksud?

Senjata kimia adalah senjata yang menyebarkan bahan kimia beracun melalui misil, pesawat terbang atau peluru artileri yang dapat menyebabkan luka, cacat, hingga kematian.

Serangan ini biasanya memberi beberapa dampak seperti melepuh, batuk darah, sesak, hingga gangguan saraf. Dampak tersebut bergantung pada area tubuh yang ditargetkan dan dipengaruhi jenis senjata kimianya.

Serangan yang memberikan gangguan saraf disebut sebagai senjata kimia paling umum digunakan dalam peperangan modern. Senjata ini menargetkan dan menyebabkan kerusakan parah pada sistem saraf pusat ketika dihirup sebagai gas atau diserap melalui kulit dalam bentuk cair.

Jenis senjata kimia gas

Gas sarin adalah salah satu senjata kimia saraf yang terkenal. Senjata ini pertama kali dikembangkan Jerman pada 1938 sebagai pestisida tetapi digunakan dalam serangan fatal seperti serangan sarin kereta bawah tanah Tokyo pada 1995 dan baru-baru ini di Suriah pada 2013 dan 2017.

Kemudian senjata kimia yang memberikan dampak melepuh seperti gas mustard digunakan secara luas dalam Perang Dunia I. Senjata ini menyebabkan pelepuhan ekstrem pada paru-paru dan tubuh ketika dihirup atau diserap.

Sementara itu, senjata yang memberikan dampak sesak seperti gas klorin dapat menyebabkan gagal napas dengan menyerang sistem pernapasan.

Dilansir dari Scotsman, gas air mata juga dianggap sebagai senjata kimia ketika digunakan dalam peperangan. Gas air mata memiliki fungsi mengendalikan huru hara dan digunakan secara legal oleh negara-negara tertentu.

Meskipun dilarang oleh hukum internasional dan pembuatannya dibatasi Konvensi Senjata Kimia pada 1993, sejumlah negara menolak menandatangani konvensi dan mempertahankan pasokan senjata kimia.

Rusia turut menandatangani Konvensi Senjata Kimia, tetapi negara ini diyakini tetap mempertahankan pasokan senjata kimia.

Pada 1997, Rusia menyatakan kepemilikan 40 ribu ton senjata kimia, dengan 32 ribu ton di antaranya adalah gas saraf termasuk sarin.

Pada 2017 Rusia mengklaim telah menghancurkan senjata kimianya. Namun klaim ini muncul setelah saingan dan kritikus Vladimir Putin, Alexei Navalny, ditemukan diracuni senjata saraf bernama Novichok.

Senjata kimia saraf telah dikembangkan di fasilitas penelitian kimia milik negara di Rusia antara 1970 hingga 1980-an.

Racun saraf serupa ditemukan dalam kasus keracunan Salisbury 2018. Serangan racun saraf ini terjadi pada mantan perwira militer Rusia dan agen ganda Inggris Sergei Skripal dan putrinya, Yulia Skripal.

(lom/fea)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK