Indosat Ooredoo Hutchison (IOH) resmi meluncurkan jaringan 5G untuk kawasan Bali pada Rabu (3/8). Ini menjadikan Bali sebagai kota keenam yang mendapatkan teknologi ini.
Sebelumnya, jaringan teknologi 5G IOH sudah dapat diakses di lima kota, yakni Jakarta, Surabaya, Solo, Balikpapan, dan Makassar.
President Director & CEO IOH Vikram Sinha menyebut peluncuran 5G di Bali juga sebagai bentuk dukungan perusahaan pada gelaran KTT G20 yang akan diselenggarakan November mendatang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami senang dapat mempersembahkan layanan 5G di Bali. Peluncuran ini juga menjadi bentuk dukungan kami kepada Pemerintah Indonesia sebagai tuan rumah Presidensi G20, sekaligus mendukung pemulihan ekonomi Bali," katanya dalam acara peluncuran di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC), Nusa Dua, Bali, Rabu (3/8).
Dalam sambutannya, Vikram mengatakan 5G bukan hanya soal kecepatan dan latensi, melainkan sebuah teknologi yang dapat membantu banyak orang.
"5G? Apa ini kecepatan? Apa ini latensi? Saya ingin menbuatnya sederhana, ini lebih dari kecepatan. 5G adalah teknologi yang akan membantu," tuturnya.
"UMKM dan semua orang dapat menggunakan teknologi ini," imbuh dia.
Pada fase awal pemanfaatan 5G di Bali, Vikram menyebut pihaknya akan berkolaborasi dengan universitas agar teknologi ini bisa memberikan dampak yang besar bagi masyarakat.
Menyambut kehadiran 5G, Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati atau yang juga dikenal Cok Ace, berterima kasih pada IOH. Menurutnya, arus informasi sangat bergantung pada teknologi jaringan.
Cok Ace memberi contoh Bali pada zaman dulu yang perlu menggunakan kentongan untuk memberi kabar duka atau bencana. Kini berkat perkembangan teknologi, arus informasi menjadi lebih baik dan lengkap, tak hanya dalam bentuk narasi, tetapi dalam bentuk video.
"Karena itulah kami terima kasih sekali IOH membawa 5G ke Bali. Ini akan meningkatkan kualitas pelayanan di Bali," ujarnya.
Lebih lanjut, peluncuran 5G IOH juga menghadirkan beberapa kegunaan teknologi 5G di beberapa sektor yang relevan untuk pemulihan Bali seperti di sektor pariwisata, pertanian, kesehatan, tata kota, dan pelaku UMKM.
Beberapa di antaranya adalah Smart Tourism berupa Naked-eye 3D, Mixed reality entertainment, dan bullet moment; Digital Agribusiness berupa smart irrigation and fertilizer dan smart agricultural tools; Smart City berupa Sensor Management; Smart Environment berupa SPARING Smart Environment Monitoring, Fleet Management berupa mobility as a service for electronic vehicle; serta Smart Healthcare berupa serviks and stunting monitoring.
Seluruh use case didukung oleh para mitra seperti Huawei, Habibi Garden, Temara, Sensync, Rakata, dan Data28.
(lom/fea)