Sebelum era ponsel pintar, pabrikan ponsel asal Finlandia Nokia pernah merajai pasar ponsel di Indonesia dan dunia. Salah satu yang paling berkesan dari ponsel ini adalah ringtone atau nada deringnya yang menempel di telinga alias earworm. Kenapa bisa begitu?
Di era feature phone, ringtone tidak secanggih saat ini di mana kita dapat dengan mudah mengunduh lagu dan menjadikannya ringtone. Kala itu, ringtone cukup terbatas dan bergantung pada bawaan yang ada di ponsel. Suaranya pun terbatas pada monofonik dan polifonik.
Namun, justru itu yang membuatnya memberi kesan kuat bagi para penggunanya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya suka suara ringtone lama, sebagian karena nostalgia dan sebagian karena saya pikir ada 'permata' asli yang terabaikan di sana," kata musisi Skotlandia Fusoxide, dikutip dari The Verge.
Kecintaan Fusoxide pada ringtone jadul bahkan membuatnya mengorek YouTube untuk mencari ringtone Nokia.
Budaya ringtone sendiri lahir pada pertengahan tahun 90-an lewat kehadiran Nokia Tune yang meminjam lagu 'Gran Vals' yang dibawakan oleh gitaris klasik Francisco Tárrega.
Ke mana pun Anda pergi saat itu, mustahil untuk menghindari suara warisan terbesar Tárrega.
Salah satu komposer Nokia Timo Anttila menyebut ringtone atau nada dering pertama ini dianggap mengganggu tetapi ikonik.
"Nada dering pertama... benar-benar menjengkelkan, tapi itu ikonik dan mengubah lingkungan sonik secara dramatis," tuturnya.
Seiring waktu berjalan, ringtone Nokia terus berkembang dan mereka melahirkan nada dering polifonik pertama di dunia pada 2002.
Selain Anttila, ringtone legendaris Nokia dibuat oleh tim yang terdiri dari komposer muda seperti Hannu af Ursin, Henry Daw, Aleksi Eeben, Markus Castrén, serta kontraktor seperti Ian Livingstone dan Noa Nakai.
Castrén dan Eeben terlibat dalam demoscene; para pembuat kode dan seniman eksperimental mendorong batas-batas seni serta musik yang dihasilkan komputer.
Sementara itu, Af Ursin merupakan DJ yang ikut mengelola klub malam bernama Miau! di Tampere, Finlandia.
"Kami membuat beberapa trek dan beberapa di antaranya berakhir di tempat yang bagus seperti Global Underground," katanya, seperti dikutip The Verge.
Livingstone yang terlibat dalam tim produksi sound Nokia kini melakukan scoring untuk beberapa game populer seperti Forza Horizon 5 dan Total War. Livingstone diketahui tidak memiliki ponsel ketika dia mulai bekerja kontrak di Nokia pada 2000.
"Saya telah menghabiskan beberapa tahun memprogram backing track karaoke melalui MIDIfiles untuk Roland - pada dasarnya menyalin lagu-lagu pop terkenal dan mereproduksinya melalui soundset General MIDI yang kecil," katanya.
"Jadi saya memiliki beberapa trik untuk memanfaatkan sumber suara yang terbatas," imbuhnya.
Livingstone sendiri memproduksi versi polifonik pertama dari Nokia Tune setahun setelah dia bergabung dengan Nokia. Ringtone polifonik ini awalnya dirilis sebagai ringtone eksklusif Nokia Korea Selatan sebelum diluncurkan di seluruh dunia.
Perjuangan melawan keterbatasan di halaman selanjutnya...