AI Google Bakal Bantu Urai Macet DKI, Tak Ada Lagi Tua di Jalan?
Google kolab dengan Dinas Perhubungan DKI Jakarta untuk mengurai macet Ibu Kota. Bagaimana caranya perusahaan teknologi itu mengerjakan PR yang tak tak pernah tuntas dikerjakan belasan Gubernur itu?
Kerja sama ini dilakukan via Project Green Light. Nota kesepahamannya diteken pada November 2022 dan akan dimulai pada 2023.
Lewat proyek ini, tim peneliti Google akan memberikan rekomendasi kepada Pemerintah DKI Jakarta untuk mengoptimalkan pengaturan waktu lampu merah guna mengurangi lalu lintas yang tersendat.
Hal itu didasarkan data lalu lintas anonim dan data mobilitas masyarakat berbasis Android yang diolah oleh kecerdasan buatan (AI).
"Project Green Light menggunakan AI untuk mengoptimalkan lampu lalu lintas di persimpangan di seluruh dunia, guna membantu meminimalkan kemacetan dan polusi yang ditimbulkannya," ujar Yossi Matias, VP of Engineering and Research Google di acara Google for Indonesia, Rabu (7/12).
Dengan menggunakan teknologi AI kami, diharapkan inisiatif ini akan meningkatkan efisiensi bahan bakar, mengurangi emisi, meningkatkan kualitas udara, dan membuat aktivitas berkendara jadi lebih aman dan menyenangkan di Jakarta," lanjutnya.
Indonesia menjadi negara pertama di Asia Tenggara yang akan melaksanakan proyek ini. Project Green Light sendiri sebelumnya sudah dilaksanakan di India.
Di India, proyek ini diklaim sudah membantu kotanya mengoptimalkan pengaturan waktu lampu lalu lintas dengan lebih baik, mengurangi waktu tunggu di persimpangan, kemacetan jalan, dan emisi karbon.
Pada 2022, khususnya di Bangalore, Google melihat hasil awal dari pengurangan kemacetan sebesar 20 persen. Hasil serupa juga diharapkan bisa tercapai di Indonesia.
Nantinya, Google akan menganalisis data lokasi anonim dari sistem navigasi mereka. Kemudian, Google menghitung metrik arus lalu lintas di setiap persimpangan. Dari hasil penghitungan tersebut, Google akan memberikan rekomendasi yang kemudian akan melacak perubahan bersama dengan kota.
Menurut dia, teknologi Google ini tidak mengubah infrastruktur yang sudah ada.
"Teknologi AI memungkinkan Google menganalisis data tanpa sensor tambahan atau bahkan mengubah infrastruktur, sebelum mengirimkan rekomendasi ke dinas kota yang kemudian menerapkan cara-cara untuk mengoptimalkan pengaturan," kata Yossi.
Kepala Unit Pengelola Sistem Pengendalian Lalu Lintas Dishub Provinsi DKI Jakarta Emanuel Kristanto mengakui tak berekspektasi teknologi ini bisa langsung menyelesaikan masalah macet DKI.
"Kami tidak berharap kemacetannya akan langsung selesai. Tidak sampai sejauh itu, dari data analisis itu kami ingin mengetahui dan mengurai sumber kemacetan itu dari mana," kata dia, di Jakarta, Rabu (7/12) dikutip dari Antara.
Emanuel mengatakan pemanfaatan AI itu juga bisa membantu masyarakat dalam hal efisiensi bahan bakar kendaraan serta membantu mengurangi polusi.
Berdasarkan TomTom Index, Jakarta masuk ke posisi ke-46 termacet di dunia pada 2021. Peringkatnya membaik jika dibandingkan pada 2017 saat Jakarta menempati posisi keeempat kota termacet di dunia.
Meski begitu, kemacetan di Ibu Kota Jakarta semakin terasa signifikan terutama sejak pelonggaran mobilitas di tengah pandemi Covid-19 yang diklaim bisa dikendalikan.
Kemacetan Jakarta sendiri tercatat sudah terjadi setidaknya pada 1965. Sejak itu, 13 penjabat Gubernur DKI Jakarta, termasuk Joko Widodo, Basuki T. Purnama, dan Anies Baswedan, tak ada yang sukses membebaskan Ibu Kota dari macet.
(lom/arh)