Pemanasan Global Bikin Gedung-gedung Kota 'Tenggelam' Perlahan

CNN Indonesia
Kamis, 13 Jul 2023 09:45 WIB
Studi Northwestern University menemukan hubungan perubahan iklim dengan pergeseran tanah di daerah perkotaan yang merusak gedung-gedung tinggi.
Efek nyata lainnya pemanasan global adalah melelehnya gletser di berbagai negara iklim dingin. (AP/Matthias Schrader)

Dalam beberapa tahun terakhir, Rotta Loria dan timnya memasang jaringan nirkabel dengan lebih dari 150 sensor suhu di seluruh Chicago, baik di atas maupun di bawah tanah.

Termasuk di ruang bawah tanah (rubanah) gedung, terowongan kereta bawah tanah, garasi parkir bawah tanah, dan jalan di bawah permukaan tanah seperti Lower Wacker Drive.

Sebagai perbandingan, tim juga mengubur sensor di Grant Park, ruang hijau yang terletak di sepanjang Danau Michigan yang jauh dari gedung dan sistem transportasi bawah tanah.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Data dari jaringan penginderaan nirkabel menunjukkan bahwa suhu bawah tanah di bawah Chicago sering kali 10 derajat lebih hangat daripada suhu di bawah Grant Park.

Suhu udara dalam struktur bawah tanah bisa mencapai 25 derajat lebih tinggi dibandingkan dengan suhu tanah yang tidak terganggu.

Ketika panas berdifusi ke tanah, hal ini memberikan tekanan yang signifikan pada material yang memuai dan menyusut, seiring dengan perubahan suhu.

Setelah mengumpulkan data suhu selama tiga tahun, Rotta Loria membuat model komputer 3D untuk mensimulasikan bagaimana suhu tanah berevolusi dari tahun 1951 (tahun di mana Chicago menyelesaikan pembangunan terowongan kereta bawah tanahnya) hingga saat ini.

Dia menemukan nilai yang konsisten dengan yang diukur di lapangan dan menggunakan simulasi tersebut untuk memprediksi bagaimana suhu akan berevolusi hingga tahun 2051.

Rotta Loria juga memodelkan bagaimana tanah berubah bentuk sebagai respons terhadap peningkatan suhu.

Menurut simulasi, suhu yang lebih hangat dapat menyebabkan tanah membengkak dan mengembang ke atas permukaan sebanyak 12 milimeter.

Suhu panas juga dapat menyebabkan tanah mengerut dan tenggelam ke bawah tanah sebanyak 8 milimeter.

Meskipun hal ini tampak halus dan tidak terlihat oleh manusia, variasi ini lebih dari yang dapat ditangani oleh banyak komponen bangunan dan sistem pondasi tanpa mengorbankan persyaratan operasionalnya.

"Berdasarkan simulasi komputer kami, kami telah menunjukkan bahwa deformasi tanah dapat menjadi sangat parah sehingga menyebabkan masalah pada kinerja infrastruktur sipil," kata Rotta Loria.

Hal ini tidak seperti bangunan yang tiba-tiba runtuh. Semuanya terjadi secara perlahan-lahan dan merupakan konsekuensi terhadap kemampuan servis struktur dan infrastruktur.

"Sangat mungkin bahwa perubahan iklim bawah tanah telah menyebabkan keretakan dan penurunan pondasi yang berlebihan yang tidak kita kaitkan dengan fenomena ini karena kita tidak menyadarinya," kata Rotta Loria.

(can/arh)

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER