Sejumlah peneliti berpendapat bahwa Bumi sebetulnya tidak benar-benar berbentuk bulat seperti yang dibayangkan selama ini. Hal ini dibuktikan dengan keberadaan 'lubang gravitasi' di Samudera Hindia.
"Bumi pada dasarnya adalah kentang yang bergumpal," kata Attreyee Ghosh, ahli geofisika dan profesor di Pusat Ilmu Bumi dari Institut Sains India.
Menurutnya secara teknis Bumi tidak berbentuk bola sempurna, tapi lebih kepada elipsoid karena saat planet ini berputar, bagian tengahnya menonjol keluar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Elipsoid berasal dari kata 'elips' yang sering dipahami sebagai bentuk lingkaran atau bola. Namun demikian, Bumi tidak berbentuk bola sempurna, tapi lebih lebar apabila dibandingkan dengan tingginya.
Ghosh berpendapat Bumi tidak homogen dalam hal kepadatan dan sifat-sifatnya, dengan beberapa area lebih padat dari yang lain - yang memengaruhi permukaan Bumi dan gravitasinya.
"Jika Anda menuangkan air ke permukaan Bumi, tingkat air yang disebut geoid, dan itu dikendalikan oleh perbedaan kepadatan materi di dalam planet, karena mereka menarik permukaan dengan cara yang sangat berbeda tergantung pada berapa banyak massa yang ada di bawahnya," katanya, mengutip CNN, Selasa (25/7).
Lubang gravitasi merupakan tempat di mana tarikan gravitasi Bumi lebih lemah, massanya lebih rendah dari biasanya, dan permukaan laut (geoid) turun lebih dari 100 meter. Anomali ini juga telah lama membingungkan para ahli geologi.
Lubang gravitasi di Samudera Hindra atau secara resmi disebut geoid rendah Samudera Hindia adalah titik terendah di geoid tersebut dan anomali terbesarnya, membentuk lekuk (depression) melingkar yang dimulai di ujung selatan India dan mencakup sekitar 3 juta kilometer persegi.
Anomali ini pertama kali ditemukan oleh ahli geofisika Belanda Felix Andries Vening Meinesz pada 1948 saat melakukan survei gravitasi dari sebuah kapal, dan selama ini masih menjadi misteri.
"Sejauh ini, [lokasi] itu adalah titik terendah terbesar di geoid, dan belum dijelaskan dengan benar," kata Ghosh.
Anomali ini telah lama membingungkan para ahli geologi. Kini, para peneliti dari Institut Sains India menemukan apa yang mereka yakini sebagai penjelasan yang dapat dipercaya untuk pembentukannya.
Bahwa, semburan magma yang berasal dari jauh di dalam planet, mengarah pada penciptaan gunung berapi.
Untuk sampai pada hipotesis ini, tim menggunakan superkomputer untuk mensimulasikan bagaimana area tersebut dapat terbentuk 140 juta tahun yang lalu.
Temuan tersebut, dirinci dalam sebuah penelitian yang diterbitkan baru-baru ini di jurnal Geophysical Research Letters, berpusat di sekitar samudera purba yang sudah tidak ada lagi.
Ghosh dan rekan-rekannya menggunakan model komputer untuk mengatur waktu mundur 140 juta tahun lalu guna melihat gambaran besarnya, secara geologis.
Dari titik awal itu, tim menjalankan 19 simulasi hingga saat ini, menciptakan kembali pergeseran lempeng tektonik dan perilaku magma, atau batuan cair, di dalam mantel - lapisan tebal interior Bumi yang terletak di antara inti dan kerak Bumi.
Dalam enam skenario, geoid rendah mirip dengan yang ada di Samudera Hindia terbentuk.
Ghosh menjelaskan faktor pembeda dalam keenam model ini adalah semburan magma di sekitar geoid rendah, yang bersama dengan struktur mantel di sekitarnya diyakini bertanggung jawab atas pembentukan lubang gravitasi.
Gumpalan itu sendiri berasal dari lenyapnya samudra purba saat daratan India melayang dan akhirnya bertabrakan dengan Asia puluhan juta tahun lalu, kata Ghosh.
"India berada di tempat yang sangat berbeda 140 juta tahun yang lalu, dan terdapat lautan di antara lempeng India dan Asia. India mulai bergerak ke utara dan seperti yang terjadi, lautan menghilang dan celah dengan Asia tertutup," jelasnya.
Saat lempeng samudera turun ke dalam mantel, hal itu bisa mendorong materi berkepadatan rendah lebih dekat ke permukaan bumi.
Nasib geoid di masa depan di halaman berikutnya...