Dua guci yang dulunya berisi paru-paru dan hati Senetnary telah menjadi bagian dari koleksi Mesir di Museum August Kestner di Hannover, Jerman, sejak tahun 1935. Isinya sudah lama hilang, tapi para peneliti dapat mengikis bagian dalam guci untuk mempelajari residu yang ditinggalkan oleh balsem serta apa yang telah merembes ke dalam batu kapur berpori pada guci.
Ramuan pasti yang digunakan dalam mumifikasi telah lama diperdebatkan karena teks-teks Mesir kuno tidak menyebutkan bahan-bahannya secara tepat. Tim memulai penelitiannya untuk mengidentifikasi bahan-bahan balsem pada tahun 2021 dengan menggunakan berbagai teknik analisis yang sangat canggih.
Ada sedikit perbedaan pada balsem di antara kedua guci, yang berarti bahan-bahan yang digunakan juga tidak sama, tergantung organ mana yang diawetkan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penelitian tersebut mengungkap bahwa balsem itu mengandung lilin lebah, minyak tumbuhan, lemak hewani, getah dan resin yang terbentuk secara alami. Senyawa seperti asam kumarin dan asam benzoat juga ada.
Sementara, dalam toples yang digunakan untuk menyimpan paru-paru Senetnay, para peneliti mendeteksi resin wangi dari pohon larch dan sesuatu yang merupakan damar dari pohon yang ditemukan di India dan Asia Tenggara, atau resin dari pohon Pistacia yang termasuk dalam keluarga jambu mete.
"Kehadiran bahan-bahan tertentu mengindikasikan orang Mesir telah membangun rute dan jaringan perdagangan yang luas. Khususnya, kehadiran resin pohon larch, yang berasal dari Mediterania utara dan Eropa tengah, dan kemungkinan damar, resin yang hanya ada di hutan tropis Asia Tenggara, menggarisbawahi luasnya jangkauan rute perdagangan Mesir selama pertengahan milenium ke-2 SM," ujar Huber.
Para peneliti masih berupaya memastikan apakah damar merupakan salah satu bahan baku pembuatan balsem.
"Jika itu adalah damar, ini merupakan perjalanan yang sangat jauh, dan ini memberikan wawasan baru tentang jaringan perdagangan kuno," kata Boivin.
"Perjalanan sangat sulit, dan ekspedisi yang signifikan melalui laut masih relatif jarang. Tidak mungkin orang Mesir sendiri yang pergi ke negeri-negeri yang jauh ini, melainkan mereka adalah bagian dari jaringan pertukaran yang terhubung dengan jaringan lain. Namun, ini adalah fase awal dari dunia global yang kita tinggali saat ini," lanjutnya.
Jika damar dikonfirmasi sebagai bahan baku, hal ini bisa menunjukkan orang Mesir memiliki akses ke resin hampir satu milenium lebih awal dari yang diperkirakan, kata para penulis studi tersebut. Damar baru-baru ini diidentifikasi sebagai bahan pembalseman di Saqqara, yang berasal dari milenium pertama sebelum masehi.
Temuan baru ini menunjukkan balsem yang relatif rumit yang digunakan dalam pengawetan Senetnay mungkin merupakan awal dari tren balsem yang lebih rumit yang digunakan di kemudian hari.
Setelah mengidentifikasi bahan-bahannya, tim peneliti bekerja sama dengan ahli parfum Prancis, Carole Calvez, dan ahli museologi sensorik, Sofia Collette Ehrich, untuk menciptakan aroma balsem yang sebenarnya.
Huber mengatakan proses yang sangat teliti ini memakan waktu berbulan-bulan dan beberapa kali pengulangan sebelum mereka mendapatkan aroma yang akurat dan menggugah secara historis.
"Pertama kali saya menemukan aroma ini, itu adalah pengalaman yang mendalam dan hampir seperti mimpi. Setelah menghabiskan begitu banyak waktu untuk penelitian dan analisis, akhirnya memiliki hubungan aromatik yang nyata dengan dunia kuno sungguh mengharukan," kata Huber.
Tim peneliti ingin menawarkan pengunjung museum pengalaman yang lebih mendalam ke dalam dunia kuno dengan memasukkan elemen penciuman sekaligus membuatnya lebih mudah diakses oleh pengunjung tunanetra, katanya. "Aroma kehidupan abadi" akan menjadi bagian dari pameran Mesir kuno di museum Denmark yang akan dibuka pada bulan Oktober.
"Aroma memberikan hubungan yang unik dan mendalam dengan masa lalu, memunculkan semacam perjalanan waktu yang intim dan menggugah. Dengan memperkenalkan kembali aroma kuno ini, kami bertujuan untuk menjembatani kesenjangan antara masa lalu dan masa kini, sehingga para pengunjung dapat benar-benar 'menghirup' sebuah fragmen masa lalu," pungkasnya.