Para ahli iklim dan penyakit mengatakan, masyarakat juga dapat memperkirakan bahwa nyamuk akan lebih mudah menularkan malaria di masa depan karena alasan yang sama yang menyebabkan kebakaran hutan semakin parah di seluruh Amerika Serikat, yaitu krisis iklim.
Cook menjelaskan suhu yang menghangat dan curah hujan yang meningkat berarti akan ada lebih banyak tempat berkembang biak nyamuk. Nyamuk juga akan dapat berkembang biak lebih cepat dan mencari makan lebih banyak.
"Sehingga mereka menggigit lebih banyak orang dan memiliki lebih banyak kesempatan untuk menyebarkan infeksi," tuturnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Prediksi dari para ilmuwan perubahan iklim adalah bahwa kita akan melihat penyebaran penyakit yang ditularkan melalui vektor yang lebih besar di tempat-tempat yang sebelumnya telah kita basmi," lanjut dia.
Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) juga mengungkapkan perubahan iklim akan meningkatkan peluang penularan malaria di daerah-daerah yang secara tradisional merupakan daerah endemis malaria, di daerah-daerah yang sudah terkendali, maupun di daerah-daerah baru yang secara tradisional tidak endemis malaria. Peningkatan suhu, curah hujan, dan kelembaban dapat menyebabkan perkembangbiakan nyamuk pembawa malaria di tempat yang lebih tinggi dan berimbas pada peningkatan penularan malaria di wilayah yang sebelumnya tidak dilaporkan.
Di dataran yang lebih rendah, tempat malaria telah menjadi masalah, suhu yang lebih hangat akan mengubah siklus pertumbuhan parasit di dalam tubuh nyamuk, sehingga memungkinkannya untuk berkembang lebih cepat, meningkatkan penularan dan dengan demikian berimplikasi pada beban penyakit.
Perubahan iklim sangat mempengaruhi siklus El Nino yang diketahui terkait dengan peningkatan risiko beberapa penyakit yang ditularkan oleh nyamuk, seperti malaria hingga demam berdarah. Di daerah beriklim kering, curah hujan yang tinggi dapat memberikan kondisi perkembangbiakan yang baik bagi nyamuk.
"Meningkatnya kelembaban dan kekeringan dapat mengubah sungai menjadi genangan air, yang merupakan tempat berkembang biak yang disukai nyamuk," demikian pernyataan PBB dalam laman resminya.
Namun begitu, PBB mengaku tidak mudah mengukur bagaimana perubahan iklim mempengaruhi penularan malaria, karena hal itu bergantung pada banyak faktor seperti dinamika populasi dan demografi, resistensi obat, resistensi insektisida, aktivitas manusia seperti penggundulan hutan, irigasi, drainase rawa, dan lain-lain, serta dampaknya terhadap ekologi setempat.
Selain itu, dampak lain dari perubahan iklim dapat menyebabkan peningkatan kerentanan terhadap malaria. Sebagai contoh, dampak negatif terhadap kesehatan, yang dapat menyebabkan degradasi sosial dan kerugian ekonomi, dapat menyebabkan ketidakmampuan untuk mencari diagnosis dan pengobatan dini atau mengganggu kegiatan pengendalian seperti penyemprotan insektisida, sehingga meningkatkan penularan penyakit.