Agung menjelaskan semua perangkat yang ada di sistem persinyalan itu semuanya saling terkait dan saling mengunci satu sama lain dan diatur oleh sebuah sistem yang disebut dengan sistem interlocking.
Direktur Kenderal Perekretaapian Kementerian Perhubungan, dikutip dari situsnya, menjelaskan interlocking bisa diartikan sebagai komputer khusus yang dirancang dengan tujuan mengatur keselamatan perjalanan kereta api dan kereta api yang masuk dan keluar dari stasiun.
Ada dua jenis interlocking; sistem interlocking mekanik dan juga sistem interlocking elektrik.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sistem interlocking elektrik punya sejumlah komponen kunci, seperti LCP/VDU sebagai operator pada sistem ini, technician terminal pada maintenance, dan sistem CTC/CTS SilVue OI1000 untuk operation control center.
"Technician terminal bisa dibilang black box-nya kereta yang merekam semua kerja sinyal dan bisa melihat kejadian yang sudah terjadi sebelumnya," jelas Agung.
"Technician terminal juga dapat mencatat kapan saja alarm nyala dan kapan saja ada gangguan," imbuhnya.
Insiden kegagalan sistem interlocking bisa berbuah fatal. Contohnya, kecelakaan kereta di India yang menewaskan setidaknya 288 orang, Juni 2023.
Menteri Kereta Api India Ashwini Vaishnaw mengatakan kecelakaan ini terjadi karena "perubahan di interlocking elektronik" dan investgasi akan menunjukkan "siapa yang bertanggungjawab."
Menurut pejabat senior perkeretaapian, kecelakaan itu terjadi ketika Coromandel Express, kereta berkecepatan tinggi yang berangkat dari Kolkata ke Chennai, dialihkan ke jalur melingkar dan menabrak kereta barang berat yang berhenti di stasiun kereta Bahanaga Bazar.
Sebelumnya, tabrakan terjadi antara Kereta Api Turangga dengan KRL Commuter Line Bandung Raya di KM 181+700, Cicalengka, Kabupaten Bandung, Jumat (5/1) pukul 06.03 WIB. Lokasi itu ada di antara Stasiun Haurpugur dan Stasiun Cicalengka, tepatnya 800 meter sebelum sinyal masuk Stasiun Cicalengka.
Sejauh ini, korban meninggal mencapai empat orang dengan puluhan lainnya luka-luka.
Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) mengaku masih melakukan investigasi soal penyebab kecelakaan yang direncanakan berlangsung selama empat hari, mulai 5 hingga 8 Januari.
"Kami akan melakukan analisis menyeluruh terhadap faktor-faktor yang berkontribusi terhadap kejadian kecelakaan, serta melakukan koordinasi dengan beberapa pihak," kata Soerjanto Tjahjono, Ketua KNKT, dalam keterangan tertulisnya.
(tim/arh)