Fenomena Gumpalan Awan Berpetir di Sumedang Buat Heboh, Apa Kata BMKG?

CNN Indonesia
Kamis, 25 Jan 2024 07:51 WIB
Awan tebal disertai petir sempat membuat heboh publik Sumedang, terutama Jatinangor. Apa yang sebenarnya terjadi?
Ilustrasi. Awan berpetir terekam di Sumedang, Jabar. (CNN Indonesia/Bisma Septalisma)
Jakarta, CNN Indonesia --

Sempat viral, awan tebal yang disertai petir di Sumedang, Jawa Barat, Selasa (23/1) malam, merupakan awan Cumulonimbus (CB) yang normal terutama di musim hujan. 

Mulanya, fenomena tersebut terungkap dalam video pendek yang diunggah oleh akun instagram @jatinangorbanget berdasarkan laporan warga.

"Penampakan gumpalan awan disatu titik mengeluarkan kilatan-kilatan petir terekam kamera warga pada hari ini, sekitar pukul 18:40 WIB," menurut unggahan tersebut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Unggahan itu pun ramai mendapat respons warga. Per Kamis (25/1) pagi, postingan tersebut mendapat 1.740 likes dan 131 komentar warganet.

"jelas pisan td tabuh 6am, keliatan dr gapura jatinangor menuju ipdn ge," komentar akun IG kevinalghifary.

"Rada ngeri," lanjut abizard_am23.

"Betul bangettt ini terjadi tadi pada waktu setelah adzan magrib tadi, di sekitar belakang gunung geulis bila terlihat dari daerah cikuda, sukawening dan daerah jatinangor lainnya," ungkap akun iam_ekkaaa sambil menambahkan keterangan soal Awan Cumulonimbus.

Benarkah itu Awan CB?

Muhammad Hakiki, Senior Forecaster Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), mengungkap fenomena itu adalah Awan Cumulonimbos.

Menurut analisis citra satelit, Hakiki mengatakan awan CB terpantau di wilayah timur dari Kota Bandung pada pukul 10.40 UTC atau Selasa (23/1) pukul 17.40 WIB. Awan CB saat itu terus tumbuh dan meluas hingga Kota Bandung dan sekitarnya.

"Mulai luruh sekitar pukul 13.00 UTC atau pukul 2.00 WIB. Ini mengindikasikan bisa jadi awan yang ada di video itu adalah Awan Cumulonimbos," tutur Hakiki, Rabu (24/1) dikutip dari detikcom.

Awan Cumulonimbos adalah jenis awan yang dapat tumbuh dengan ketinggian puncaknya mencapai sekitar 15 kilometer.

"Fenomena awan CB ini fenomena normal yang sering terjadi terutama pada saat musim hujan dan peralihan musim," sambungnya.

Hakiki menyebut pembentukan Awan CB melibatkan mekanisme yang kompleks, salah satunya adalah pergerakan vertikal serta kemungkinan proses pembentukan es.

"Perbedaan muatan listrik di dalam sistem pembentukan Awan Cumulonimbos pun dapat menyebabkan terjadinya kilatan petir," terangnya.

Ia mengimbau warga untuk tetap waspada terkait potensi bencana hidrometeorologi yang mungkin terjadi pada saat memasuki musim hujan.

"Awan Cumulonimbus kerap kali diasosiasikan dengan terjadinya hujan intensitas sedang hingga lebat dan dapat disertai kilatan petir dan angin kencang, bahkan puting beliung dan hujan es," urai dia.

"Namun, fenomena awan CB adalah sesuatu yang normal, warga tidak perlu takut dan khawatir namun tetap waspada," imbuh Hakiki.

Dalam analisisnya, Carolina Meylita Sibarani, PMG Muda Stasiun Meteorologi Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan Balikpapan, Awan CB terbentuk dari kumpulan massa udara yang mampu tumbuh vertikal ke atas pada lapisan atmosfer hingga pada ketinggian 30.000 kaki (9 km) atau lebih.

Awan CB, yang merupakan awan konvektif (cumuliform clouds), ini bisa memberikan dampak buruk, antara lain turbulensi, pengkristalan udara (icing), angin kencang (microburst), kilat, hujan, bahkan hujan es.

Awan Cumulonimbus pun, kata Carolia, berpengaruh terhadap aktivitas penerbangan di darat (bandar udara) maupun ruang udara.

Berdasarkan prakiraan BMKG, Sumedang setidaknya hingga 30 Januari bakal rajin dilanda hujan yang kebanyakan mulai terjadi pada siang.

[Gambas:Instagram]

(tim/arh)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER