Fakta-fakta Ilmiah 'Tornado' Rancaekek, Istilah Hingga Prediksi

CNN Indonesia
Jumat, 23 Feb 2024 07:49 WIB
Usai heboh tornado Rancaekek, sejumlah pakar mengungkap fakta-fakta fenomena cuaca ekstrem tersebut. Simak rinciannya berikut.
Ilustrasi. Simak fakta-fakta pusaran angin di Rancaekek yang memicu kakhawatiran nasional. (iStockphoto)
Jakarta, CNN Indonesia --

Para pakar mengungkap sejumlah fakta unik tentang cuaca ekstrem yang merusak di kawasan Sumedang-Bandung yang sempat diklaim sebagai tornado.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Jawa Barat sebelumnya mengungkap dua bencana angin puting beliung terjadi di Sumedang-Bandung, Rabu (21/2).

Wilayah yang terdampak di Kabupaten Bandung meliputi Cicalengka, Cileunyi, dan Rancaekek, kata Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Barat. Efeknya, empat pabrik kena dampak, 47 rumah rusak ringan, 13 rusak sedang, dan 26 rumah warga rusak berat.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Wilayah terdampak di Kabupaten Sumedang meliputi Kecamatan Jatinangor dan Kecamatan Cimanggung. Kerusakannya berupa 13 unit bangunan pabrik, 10 rumah warga rusak sedang.

Erma Yulihastin, pakar klimatologi di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), pun menyebut pusaran angin di wilayah itu sebagai tornado yang diklaimnya perdana di Indonesia.

"Jadi bagaimana, kalian sudah percaya sekarang kalau badai tornado bisa terjadi di Indonesia? KAMAJAYA sudah memprediksi "extreme event" 21 Februari 2023," kicau dia, dalam unggahannya di Twitter, Rabu (21/1).

"Kronologi foto-foto dan video dari masyarakat dan media sangat membantu periset dalam mendokumentasikan extreme event yg tercatat sebagai tornado pertama ini."

Keterangannya ini memicu kehebohan dunia maya. Perbincangan terkait kata kunci 'Tornado' dan 'Rancaekek' masuk sepuluh besar trending topic Twitter atau X, Kamis (22/2).

Banyak netizen yang risau soal bencana yang makin dahsyat imbas krisis iklim.

Untuk lebih menenangkan, meski tanpa mengendurkan kewaspadaan, berikut fakta-fakta soal 'tornado' Rancaekek tersebut:

Puting beliung kata BMKG

Alih-alih sepakat dengan Erma, Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto mengungkap bencana di sekitar Rancaekek itu sebagai "fenomena cuaca ekstrem puting beliung."

Sebagai bukti, BMKG menyebut dampak angin kencang yang melanda hingga sekitar wilayah Jatinagor, Sumedang, terukur pada saat jam kejadian mencapai 36,8 km per jam.

Berdasarkan Skala Fujita, tornado paling lemah (angin topan/puting beliung/tornado gale) atau F0 memiliki kecepatan angin 64-116 km per jam.

Sementara, Skala Fujita yang Ditingkatkan (Enhanced Fujita Scale), tornado terlemah (F0) punya kecepatan angin 105–137 km per jam.

Beda kelaziman istilah

Guswanto mengakui pada dasarnya fenomena tornado dan puting beliung punya kemiripan.

"Puting beliung secara visual merupakan fenomena angin kencang yang bentuknya berputar kencang menyerupai belalai dan biasanya dapat menimbulkan kerusakan di sekitar lokasi kejadian."

"Secara esensial fenomena puting beliung dan tornado memang merujuk pada fenomena alam yang memiliki beberapa kemiripan visual yaitu pusaran angin yang kuat, berbahaya dan berpotensi merusak," jelasnya.

Istilah Tornado, kata dia, biasa dipakai di wilayah Amerika. Ketika intensitasnya meningkat lebih dahsyat dengan kecepatan angin hingga ratusan km per jam dengan dimensi yang sangat besar hingga puluhan kilometer, kerusakan yang luar biasa bisa ditimbulkan.

Sementara, Indonesia menamai fenomena yang mirip tersebut dengan istilah puting beliung. Karakteristik kecepatan angin dan dampaknya relatif tidak sekuat tornado besar yang terjadi di wilayah Amerika.

"Sehingga kami mengimbau bagi siapapun yang berkepentingan, untuk tidak menggunakan istilah yang dapat menimbulkan kehebohan di masyarakat, cukuplah dengan menggunakan istilah yang sudah familiar di masyarakat Indonesia, sehingga masyarakat dapat memahaminya dengan lebih mudah," urai Guswanto.

Penyebab puting beliung Rancaekek

Analisis BMKG Jabar mengungkap sejumlah penyebab utama fenomena ini.

Pertama, suhu muka laut di sekitar wilayah Indonesia relatif hangat, yang mendukung penambahan suplai uap air ke wilayah Indonesia, termasuk wilayah Jawa Barat dan sekitarnya. Hal ini selaras dengan kelembapan udara di lapisan 850-500 mb yang relatif basah, yakni antara 45-95 persen.

Kedua, keberadaan sirkulasi siklonik di Samudera Hindia barat Pulau Sumatra yang mengakibatkan terbentuknya area netral poin dengan area pertemuan dan perlambatan angin (konvergensi) serta belokan angin (shearline) berada di sekitar wilayah Jawa Barat.

Kondisi ini, kata BMKG Jabar, mampu meningkatkan pertumbuhan awan di sekitar wilayah konvergensi dan belokan angin tersebut.

Ketiga, indeks labilitas berada pada kategori labil sedang hingga tinggi di sebagian wilayah Jawa Barat berpotensi meningkatkan aktivitas pertumbuhan awan konvektif pada skala lokal.

Beda puting beliung-tornado hingga potensi cuaca ekstrem berikutnya di halaman selanjutnya...

Kategori Badai Hingga Potensi Cuaca Ekstrem

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER