Jakarta, CNN Indonesia -- Pria itu berkemeja kuning dengan motif polkadot, bertopi
bennett dengan lambang garuda, berkacamata hitam, dan memakai sepatu berhak tinggi yang warnanya senada dengan kemejanya.
Di bagian bawah ia hanya menggunakan celana dalam berwarna hitam yang membuat paha dan betis berototnya tampak jelas. Melekat di tangannya sebuah bambu kuning bermotif polkadot yang panjangnya sekitar 200 centimeter.
Takekurabe merupakan karya Kelvin Atmadibrata yang menyajikan penerjemahan ulang Kelvin terhadap sandiwara dalam
shojo manga (manga yang ditujukan untuk
pembaca perempuan remaja) yang berjudul
Garasu no Kamen karya Suzue Miuchi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penafsirannya terhadap cerita tersebut ia kombinasikan dengan isu-isu gender, catatan sejarah, politik, serta cerita rakyat. Pameran karya Kelvin berlangsung dari 22 Agustus sampai 4 September, di Japan Foundation Gallery, Gedung Summitmas I, Jakarta.
Bukan hanya menyajikan pameran instalasi, Kelvin juga melakukan
performance art. Selama pameran ia akan berdiri pada sebuah pilar hitam dan menjadi sosok yang paling tinggi dalam ruangan pameran. Lengkap dengan kemeja polkadot, topi
bennett, dan sepatu hak tinggi, Kelvin akan berdiri selama dua sampai tiga jam untuk menyampaikan pesan kepada pengunjung.
Aksinya ini melambangkan dirinya yang sedang mencari makna kekuasaan, gender, serta memperlihatkan ketertarikannya terhadap sejarah politik dan unsur
queer (istilah untuk minoritas seksual yang bukan heteroseksual).
“Saya ingin memberikan kesan tinggi yang bisa dikaitkan ke mana saja. Misalnya perbandingan tinggi status sosial, kelas, serta gender,” ujar Kelvin saat dihubungi CNN Indonesia melalui telepon, Senin (1/9).
Ada pula 108 bambu kuning panjang bermotif polkadot di dalam ruangan ini. Bambu kuning ini juga merupakan terjemahan Kelvin atas novella
Takekurabe karya Higuchi Ichiyo. Penggunaan bambu ini juga sangat erat dengan budaya Indonesia, di mana bambu sempat dijadikan senjata para pejuang untuk mengusir penjajah.
Pria kelahiran Jakarta ini juga memamerkan celana dalam berwarna hijau yang digantung di dinding ruangan pameran. Ia bermaksud mengangkat cerita rakyat Kolor Ijo, di mana cerita ini banyak berkembang di Jawa Timur.
Kolor Ijo mengisahkan makhluk jadi-jadian yang hendak meningkatkan ilmunya dengan cara memperkosa perempuan di tengah malam. “Takekurabe mengisahkan anak perempuan yang menjadi geisha, secara tak langsung mengisahkan pemerkosaan terhadap anak kecil. Saya angkat Kolor Ijo karena ingin mengangkat cerita Indonesia juga,” tutur Kelvin.
Sementara isu politik ditampilkan dengan foto yang menampilkan seorang pria berpeci, lengkap dengan jas dan dasi kuning bermotif polkadot. Pria itu melambangkan pemimpin Indonesia.
Sementara pemimpin Jepang dilambangkan dengan seorang pria berkulit putih, bermata sipit, dan mengenakan pakaian putih menyerupai seragam judo.
Persiapan pameran ini telah dilakukan sejak Februari lalu, ketika Kelvin masih menetap di Singapura. Kelvin mengaku terinspirasi dengan budaya populer, terutama budaya Jepang. Namun, ia juga tertarik dengan sejarah. Karena itulah, ia kerap memasukkan unsur serta simbol sejarah dalam karya-karyanya.
“Banyak sejarah Indonesia yang tidak dirasakan generasi saya. Namun, saya coba visualisasikan sejarah tersebut sesuai dengan versi saya,” katanya.