Jakarta, CNN Indonesia -- Korea Utara memaparkan bahwa fasilitas nuklir utamanya kini beroperasi. Korut juga mengklaim tengah mengembangkan "kualitas dan kuantitas" senjata nuklir untuk melawan Amerika Serikat "setiap saat."
Dilaporkan Reuters, klaim ini menyusul janji Korut pada 2013 untuk memulai lagi seluruh fasilitas nuklir, termasuk reaktor nuklir utama Yongbyon yang telah ditutup.
"Semua fasilitas nuklir Yongbyon, termasuk fasilitas pengayaan uranium dan reaktor 5 MW yang diatur ulang, diubah, disesuaikan dan mulai beroperasi normal," bunyi laporkan kantor berita KCNA, mengutip direktur lembaga atom Korea Utara.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jika AS dan negara musuh lainnya terus-menerus menyerang kebijakan DPRK, DPRK sepenuhnya siap menghadapi mereka dengan senjata nuklir setiap saat," kata direktur atom Korut.
DPRK merupakan singkatan dari Rakyat Republik Demokratik Korea, nama resmi Korea Utara, yang memang kerap meluncurkan ancaman terhadap Amerika Serikat dan Korea Selatan.
"Inovasi telah dilakukan untuk mengembangkan senjata nuklir dalam kualitas dan kuantitas yang relevan dengan situasi saat ini," kata direktur atom yang tidak dipublikasikan namanya itu.
Pada Senin malam, Badan Antariksa Korut mengklaim tengah mengembangkan satelit baru dan akan segera meluncurkannya. Pernyataan ini memicu dugaan bahwa Korut akan meluncurkan rudal jarak jauh, mendekati peringatan ulang tahun ke-70 berdirinya Partai Pekerja Korea (WPK) pada 10 Oktober mendatang.
Korut juga diduga akan meluncurkan rudal balistik jarak jauh yang telah dikembangkan.
Di bawah resolusi Dewan Keamanan PBB, Korea Utara dilarang melakukan tes yang menggunakan teknologi rudal balistik. Namun, Korut menentang peringatan dan sanksi internasional demi melakukan pengembangan rudal dan program nuklir.
"Sudah hampir tiga tahun sejak uji coba nuklir mereka yang terakhir dan sekarang mungkin sudah saatnya mereka menguji teknologi yang mereka kembangkan," kata Park Jiyoung, pakar dari Asan Institute for Policy Studies di Seoul.
Janji Korut untuk memulai kembali seluruh aktivitas nuklirnya mencuat pada 2003, sebagai reaksi murka atas latihan gabungan militer AS dan Korea Selatan.
Pembangkit nuklir Yongbyon ditutup pada 2007 di bawah perjanjian dengan lima negara, termasuk Amerika Serikat dan China, dalam pertukaran untuk insentif diplomatik dan ekonomi.
(stu)