Jakarta, CNN Indonesia -- Perdana Menteri Lebanon, Tammam Salam mendesak kepala gerakan Syiah Hizbullah Hassan Nasrallah untuk tidak meluncurkan serangan kepada Arab Saudi maupun negara-negara Teluk lainnya.
Dalam wawancara eksklusif dengan stasiun televisi Al Arabiya dengan tema, "Apakah tugas Libanon untuk mengontrol prilaku Hizbullah?" pada Senin (7/3), Salam menekankan pentingnya penguatan Libanon sebagai bangsa.
Salam mengecam intervensi Hizbullah dalam perang Suriah wilayah tersebut dan menyatakan intervensi itu menjadi cerminan buruk kelompok itu di Libanon.
Dalam wawancara itu, Salam juga memuji Saudi hubungan bersejarah antara negara-negara Teluk dan Lebanon, dan mengatakan hubungan itu akan terus berlanjut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Salam memuji Saudi yang menyelenggarakan dan mendukung perjanjian Taif pada 1989, yang memberikan "dasar untuk mengakhiri perang saudara dan menormalkan kembali politik di Lebanon."
Puji-pujian Salam kepada Saudi itu dinilai sebagai upaya Libanon memperbaiki hubungan dengan Saudi menyusul keputusan Saudi untuk menghentikan hibah pendanaan paket bantuan sebesar militer sebesar US$3 miliar bagi Libanon untuk pembelian persenjataan dari Perancis.
Pekan lalu, negara-negara Teluk sepakat mengkategorikan Hizbullah sebagai kelompok teroris, dalam upaya menekan kelompok yang didukung oleh Iran dan menyebarkan pengaruhnya di Libanon serta memainkan peran kunci dalam krisis Suriah.
Rivalitas Iran dan Saudi yang berakar dari perselisihan sektarian Muslim Sunni dan Syiah tercermin dalam konflik di Yaman maupun Suriah. Di Yaman, Saudi membantu Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi melawan pemberontak Houthi yang didukung Iran.
Sementara dalam perang Suriah, Saudi menilai Presiden Bashar al-Assad yang didukung Iran harus lengser dari kekuasaannya agar perdamaian dapat tercipta.
(ama)