Jakarta, CNN Indonesia -- Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini meminta pihak kepolisian menelusuri ancaman bom dari orang tidak dikenal melalui telepon, yang ditujukan untuk rumah dinas wali kota dan Balai Kota Surabaya, beberapa hari lalu.
"Kami sudah minta Densus 88 untuk mengungkap teror bom itu," kata Risma, usai menerima tamu Word Bank di rumah dinasnya di Jalan Sedap Malam, Surabaya, Sabtu (22/10).
Mengutip
ANTARA, Risma menyebut penelepon gelap mengancam akan meledakkan rumah dinas wali kota dan balai kota Surabaya. Namun, dia mengaku tidak takut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya tidak takut dengan ancaman itu," katanya.
Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat (Bakesbanglinmas) Pemkot Surabaya Soemarno mengatakan Rumah Dinas Wali Kota Surabaya dan gedung Pemkot Surabaya mendapat teror bom dari orang tidak dikenal melalui telepon pada Rabu (19/10) sore.
Ancaman bom tersebut diterima Riaman, petugas jaga di rumah dinas Wali Kota Surabaya.
Penelpon yang mengaku bernama Helmi itu mengancam akan meledakkan tempat itu, apabila lokalisasi Dolly tidak dibuka kembali dalam waktu tiga hari sejak ancaman itu disampaikan.
Berkaitan dengan hal itu, Risma menilai adanya keanehan.
"Kapan saya buka Dolly,
kok sekarang diminta buka Dolly," kata Risma.
Risma menegaskan ditutupnya Dolly bukan untuk menyusahkan warga di sekitar tempat lokalisasi tersebut, melainkan guna membantu menyejahterakan masyarakat Dolly dalam segi prekonomian.
Terlebih, kata Risma, anak-anak yang berada di kawasan Dolly. Mereka jauh tertinggal dibanding anak-anak pada umumnya, khususnya dalam segi pendidikan.
"Yang paling saya perhatikan prekonomian mereka, nasib pendidikan anak-anak di sekitar. Makanya kita kasih beasiswa pada mereka, kita beri pelatihan wirausaha kepada warga setempat," katanya.
Penjagaan DiperketatPasca mendapatkan ancaman teror melalui telepon, penjagaan di lingkungan Pemerintah Kota Surabaya pun diperketat. Salah satunya, dengan memasang alat pendeteksi logam di pintu masuk menuju Balai Kota Surabaya.
Kepala Bagian Humas Pemkot Surabaya M. Fikser, mengatakan pemasangan sudah dilakukan sejak Kamis (20/10) lalu. Hanya ada satu pintu masuk ke Balai Kota Surabaya, sehingga setiap orang yang akan masuk harus melewati pemeriksaan itu.
(antara/les)