Hacker Rusia Berhasil Baca Email Obama

Aditya Panji | CNN Indonesia
Selasa, 28 Apr 2015 10:42 WIB
Beberapa email Presiden Barack Obama dilaporkan berhasil dibaca oleh peretas Rusia setelah membobol data yang tidak terklasifikasi milik Gedung Putih.
Bangunan Gedung Putih. (Getty Images/Alex Wong)
Jakarta, CNN Indonesia -- Beberapa email korespondensi Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama dilaporkan berhasil dibaca oleh peretas Rusia setelah membobol data yang tidak terklasifikasi milik Gedung Putih, menurut penjelasan pejabat senior AS setelah dilakukan penyelidikan.

Para hacker berhasil masuk ke sistem yang tidak terklasifikasi itu setelah membobol jaringan komputer Departemen Luar Negeri AS dengan metode pengelabuan.

Akan tetapi, pejabat senior itu mengatakan peretas tidak berhasil menembus server akun email pribadi yang dijaga ketat mengontrol lalu lintas pesan dari ponsel BlackBerry milik Obama, yang selalu ia dan ajudannya bawa ke mana pun.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Baca juga: Retas Gedung Putih, Hacker Rusia Curi 'Rahasia' Obama

Gedung Putih terus menerima serangan siber setiap hari. Tetapi serangan yang diduga dari Rusia ini dilakukan secara berkelanjutan dan punya target tertentu.

"Ini telah menjadi salah satu aktor paling canggih yang telah kita lihat," kata seorang pejabat senior AS kepada New York Times.

Awal bulan ini, pemerintah AS mengungkap upaya penyusupan dari peretas Rusia ke sistem yang tak terklasifikasi.

Baca juga: Snowden: NSA Bisa Intip Foto Telanjang

Diketahui bahwa para staf Gedung Putih menggunakan dua komputer untuk bekerja, satu komputer yang dijaga ketat dan datanya diklasifikan, dan ada komputer yang datanya tidak diklasifikasikan.

Meski tidak diklasifikasikan, pemerintah memandang data itu tetap berharga karena memuat informasi sensitif seperti jadwal kerja Obama atau isu-isu kebijakan.

Para peretas itu disebut bekerja untuk pemerintah Rusia tetapi tidak berhasil dalam mengakses setiap jaringan rahasia AS.

Serangan ini menandakan sistem keamanan tingkat tinggi yang diterapkan pemerintah AS masih bisa dibobol oleh pihak luar, dan mengancam pencurian data rahasia milik negara. (adt/eno)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER