Kisah Kelam Sang 'Calo' Saham

CNN Indonesia
Kamis, 19 Nov 2015 15:47 WIB
Setelah jatuh, tertimpa tangga pula. Mungkin kalimat tersebut pantas disandingkan pada Ketua DPR RI Periode 2014-2019 yaitu Setya Novanto.
Ilustrasi (Hebi65/Pixabay)
Bandung, CNN Indonesia -- Setelah jatuh, tertimpa tangga pula. Mungkin kalimat tersebut pantas disandingkan pada Ketua DPR RI Periode 2014-2019 yaitu Setya Novanto atau yang belakangan ini lebih dikenal dengan sebutan SN. Seperti yang kita ketahui SN ini merupakan politikus dari partai beringin.

Perjalanan karirnya pada akhir-akhir ini menjadi kajian yang menarik bagi beberapa kalangan. Bukan karena prestasinya yang berlian tapi juga sikap “nyelenehí” yang tak jarang menjadikan SN diburu para awak media.

Mungkin masih ada dalam ingatan kita saat SN bersama anggota DPR lain berkunjung ke Amerika. Saat berada di Amerika, SN ini malah mampir dan seolah memberikan dukungan kepada salah satu bakal calon presiden Amerika. Walaupun saat di tanah air, SN mengklarifikasi bahwa dirinya hanya diundang makan saja.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tak hanya itu saja, tak lama setelah peristiwa Mina terjadi. SN dan anggota DPR lain pun tak tinggal diam untuk berangkat ke Saudi Arabia memenuhi undangan dari Raja Salman. Setelah berada disana, SN dihubungi oleh pihak stasiun televisi swasta untuk video conference. Saat video conference SN begitu semangat mengomentari pemerintah karena sarana dan prasarana Jemaah haji Indonesia kurang layak sambal menunjukkan beberapa fasilitas yang memang kurang bagus.

Ternyata tak cukup bagi SN untuk selalu mencoreng dirinya sendiri. Alih-alih ingin melobi justru malah tersandung sampai tersungkur. Akhir-akhir ini kita dihebohkan kembali dengan kinerja politikus satu ini. SN diduga mencatutkan nama Presiden Jokowi dan Wakil Presiden JK saat renegosiasi dengan PT Freeport. Jelas hal ini menjadi kecaman bagi berbagai pihak atas apa yang dilakukan SN. Tidak tanggung-tanggung bahkan SN diduga meminta saham 11 persen untuk Presiden dan 9 persen untuk Wakil Presiden.

Pada dasarnya mungkin saja pencatutan nama Presiden dan Wakil Presiden merupakan inisiatif dari lubuk hati terdalam SN. Entah apa yang sebenarnya diharapkan oleh politikus satu ini. Jelasnya karena sikap inisiatifnya inilah SN dihadapkan pada jurang karirnya.

Sanksi Hukum
Banyak sekali yang menyayangkan sikap SN. SN pun demikian mengeluarkan jurus lobi sana-sini agar tetap bisa bertahan. Walaupun peristiwa ini menghadapkannya untuk berurusan dengan Dewan Kehormatan DPR. Tak sedikit pula yang meminta SN untuk mundur dari jabatannya. Tapi, apakah SN akan mundur atau tetap berdiri dengan kaki yang sudah pincang?

Sanksi Sosial
Sanksi hukum akan didapatkan oleh SN apabila ada yang melaporkan atau ada pihak yang meminta hal ini untuk diselidiki. Namun, dalam hidup ini sanksi sosial lah yang justru lebih kejam dari sanksi hukum. Sanksi sosial atas peristiwa ini bahkan bukan hanya berlaku bagi SN tapi bagi keluarga dan juga partainya. Bagi keluarga sudah pasti akan mendapat stereotype kurang baik dari masyarakat. Bagi partai, selain mendapat stigma negatif juga akan merusak citra partai beringin karena SN merupakan salah satu dari kader partai tersebut.

Saran
Inisiatif diperbolehkan dalam berbagai hal. Namun, sikap inisiatif juga harus dipikirkan terlebih dahulu. Inisiatif harus dibarengi dengan waktu, tempat dan strategi yang mempuni. Trial and error juga dipikirkan agar tidak terjadi kesalahan konyol yang diperbuat.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER