Jakarta, CNN Indonesia -- Pemilihan umum maupun Pemilihan Kepala Daerah pada 15 Februari tahun depan, pastilah erat kaitannya dengan politik dan pemerintahan. Tapi sepertinya pendidikan atau edukasi para pemilih pemula tentang politik masih kurang.
Jadi sebenarnya bagaimana pandangan para anak muda tentang politik? Perlukah dimasukkan pada kurikulum dengan mata pelajaran khusus?
Beruntunglah bagi Dinda Ayu Puspita siswi SMAN 10 Fajar Harapan Banda Aceh, Baginda Sianipar siswa SMAN 2 Samarinda, dan Aryo Seno Bagaskoro siswa SMAN 5 Surabaya. Mereka adalah siswa siswi yang mengikuti program Politik Cerdas Berintegritas (PCB) yang diadakan oleh yayasan Satunama bersama KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan mengikuti program ini, sedikit banyak merubah persepsi mereka tentang politik. Pandangan ketiga pelajar ini pada awalnya terhadap politik tak begitu baik, hampir sama degan banyak anak muda lainnya.
“Politik itu menurut anak muda jaman sekarang, itu urusan orang tua. Jadi anak-anak muda itu banyak yang tidak tertarik dengan politik. Ah itu gitu-gitu aja, palingan politik itu orang korupsi, orang kena kasus,” ungkap Baginda.
Pandangan tak jauh berbeda juga diungkapkan Dinda, sejak awal ia mengira bahwa politik itu jelek sekali, tapi pandangan itu mulai beruah sejak mengikuti kegiatan PCB ini. dalam kegiatan ini pelajar dan mahasiswa diajarkan bagaimana sebenarnya politik itu dan bagaimana menjadi politisi yang baik.
“Awal mulanya aku juga ngira plitik itu jelek banget. Tapi setelah mengikuti kelas PCB ini politik itu ternyata tujuannya mulia banget, hanya aktor-aktornya saja yang salah. Dari sini udah menumbuhkan rasa gimanasih aku tuh harus jadi agen perubahan dari politik ini. Ke depan aku ingin ngajak temenku yang tidak ikut kelas ini untuk ikut berkontribusi politik. Jangan hanya mengkritisi, tapi juga ikut terlibat,” ungkap Dinda.
Edukasi Politik untuk PelajarSejak mengikuti kelas itu pula, mereka mulai menyadari betapa pentingnya edukasi politik bagi anak muda. Ketika ditemui CNN Student beberapa waktu lalu, mereka mengungkapkan ide mereka terkait edukasi politik.
Menurut Baginda bentuk edukasi tak perlu dengan membuat mata pelajaran khusus politik, yang penting baginya adalah bagaimana menanamkan etika-etika yang baik pada para siswa. Kejujuran, integritas, adalah beberapa etika yang perlu dikembangkan bukan hanya ilmu pengetahuan. Baginya jika dibuatkan mata kuliah tersendiri akan sulit, karena saat ini masih banyak pula pelajar yang belum tertarik dengan politik.
Senada dengan Seno, menurutnya tak perlu sampai dibuatkan kurikulum atau mata pelajaran khusus. Untuk menanamkan dasar-dasar politik menurutnya yang terpenting adalah dengan menanamkan rasa memiliki terhadap negara.
Cara lain yang bisa dilakukan di sekolah menurut Seno, adalah dengan lebih melibatkan siswa dalam pembuatan regulasi di sekolah, menurutnya saat ini peraturan yang dibuat cenderung satu arah, pihak sekolah tidak melibatkan siswa dalam pembuatan segala macam kebijakan yang terjadi di sekolah. Padahal siswa adalah subjek dari kebijakan itu sendiri.
“Paling mudah untuk menimbulkan rasa ingin untuk berpolitik ya dengan itu, memberikan wadah untuk aspirasi, memberikan telinga untuk kita berbicara,” ungkapnya.
Selain itu bagi Seno pada mata pelajaran seperti Pendidikan Kewarganegaraan dan Sejarah misalnya, seharusnya diberikan tampilan yang atraktif dalam penyampaian materinya. Itu untuk memberi tahu siswa bahwa bagaimana negeri ini bisa terbentuk dan bisa berjalan sampai saat ini adalah berkat politik.
Langkah lain yang bisa dilakukan di sekolah juga bisa dilakukan melalui OSIS (Organisasi Siswa Intr Sekolah), seperti diungkapkan oleh Dinda. Menurutnya OSIS juga bisa dijadikan sebagai wadah untuk belajar berpolitik. Itu juga perlu peran dari guru atau tenaga pengajar, guru harus cerdas dalam hal politik agar siswa mendapat ilmu yang terarah.
“Guru harus cerdas dalam dunia politik jadi anak-anak terarah. Yang penting juga etika, jangan sampai mereka salah arah. Nanti mereka yang ke depannya menjadi generasi-generasi penerus bangsa, jangan sampai mereka menjadi seperti pemimpin-pemimpin yang sekarang yang cenderung korupsi,” ungkap Dinda.
(rkh/rkh)