Mengapa Manusia Menghindari Darah, Sedang Serigala Tidak

Deddy S | CNN Indonesia
Selasa, 07 Nov 2017 07:45 WIB
Ceceran darah bisa memancing datangnya predator. Tapi mengapa manusia, yang termasuk predator, malah cenderung menghindari darah?
Serigala (Foto: Reuters/Valeriy Yurko/T.G.Deryabina et al/Current Biology 2015)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kalau kita menonton film mengenai hiu yang berburu mangsa, kita tahu bahwa ceceran darah bisa memancing kehadiran hiu sang predator. Tak cuma hiu. Serigala pun akan segera tertarik kalau mencium adanya ceceran darah.

Tapi kalau predator macam hiu dan serigala terpancing, ada juga yang cenderung menghindar. Contohnya manusia. Mengapa bisa begitu?

Ilmuwan dari Swedia mendapati adanya sebuah molekul di darah mamalia yang menyebabkan terjadinya kedua hal itu, yakni terpancingnya predator dan menghindarnya kelompok lain, macam manusia atau hewan mangsa lain. Temuan mereka diterbitkan di jurnal Nature: Scientific Reports edisi 20 Oktober lalu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Manusia bisa mengidentifikasi banyak bebauan, meski masih kalah dibandingkan hewan pengendus terbaik dalam dunia hewan. Gajah misalnya, punya gen yang berkaitan dengan penciuman 5 kali lebih banyak dibanding manusia.

Anjing diketahui memiliki penciuman yang begitu sensitif. Sehingga anjing bahkan bisa mencium bau badan manusia yang berkaitan dengan kanker.

Tapi terlepas dari kemampuan hebat itu, pada darah ternyata ada bahan kimia khusus yang membuat predator tertarik dan mangsa menghindar. Bahan kimia itu disebut trans‐4,5‐epoxy‐(E)‐2‐decenal atau gampangnya, sebut saja E2D.

Sebetulnya, predator juga bisa tertarik pada aroma urine, feses, atau bau badan. Tapi ada ratusan molekul yang menghasilkan bebauan itu dan respons spesies lain terhadapnya agak spesifik pada spesies tertentu.

Tapi darah rupanya memicu respons yang lebih universal. Ia bisa menarik predator sekaligus bikin mangsa kabur. E2D ini, dari hasil penelitian mereka, mengirimkan semacam sinyal pemanggil kepada predator. Sinyal yang sama ditangkap oleh calon mangsa untuk kabur.

Menariknya, E2D juga memicu sinyal menghindar pada manusia, padahal manusia kan termasuk predator. “E2D sepertinya mengaktivasi keseluruhan sistem pertahanan umum kita,” kata Artin Arshamian, peneliti dari Departemen Clinical Neuroscience di Institut Karolinska di Swedia, seperti dikutip Live Science.

Mereka menduga, ini ada hubungannya dengan proses evolusi manusia sendiri. Bahwa pada zaman purba, manusia termasuk mangsa juga bagi sejumlah spesies hewan lain, macam serangga pemangsa. Jadi, sistem alarm semacam ini diwariskan kepada kita sekarang. (ded/ded)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER