Buaya Darat, Komodo, dan Sains Warga

Deddy S | CNN Indonesia
Jumat, 24 Nov 2017 07:28 WIB
Jika kamu curiga bahwa flora atau fauna yang kamu temukan atau lihat termasuk jenis baru, kamu bisa melaporkannya ke LIPI. Ini namanya citizen science.
Komodo (Foto: CNN Indonesia/Martahan Sohuturon)
Bogor, CNN Indonesia -- Cerita tentang komodo mungkin takkan seperti sekarang tanpa Letnan van Steyn van Hensbroek dari pemerintahan kolonial Belanda. Dia ini sosok yang pertama melacak rumor ‘buaya darat’ yang diceritakan warga Labuan Bajo.

Sang letnan berhasil mendokumentasikan foto ‘buaya darat’ untuk kali pertama pada 1910 dan mengirimkannya kepada Peter Ouwens, direktur Museum Zoologi di Bogor, dua tahun kemudian. Kita mengenal ‘buaya darat’ itu sekarang dengan nama komodo atau nama latinnya Varanus komodoensis.

Kisah sang letnan adalah kisah bagaimana orang awam pun bisa berperan, memberikan sumbangsihnya kepada dunia ilmu pengetahuan. Kalau sekarang, konsep semacam ini disebut dengan citizen science atau sains warga.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Para peneliti mengakui, peran warga ada kalanya bisa membantu mereka untuk mengidentifikasi flora dan fauna jenis baru, yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya. Dr. Joeni S. Rahajoe, Kepala Bidang Botani Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengakui peran warga biasanya lebih kelihatan pada bidang fauna.

“Memang di dunia flora, belum kentara. Selama ini kami hanya dikirimi foto, itu pun masih jarang dan fotonya kurang sekali,” kata Joeni, dalam sebuah seminar dalam rangka Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional (HCPSN) 2017, di Bogor, Kamis (23/11).

Biasanya yang banyak membantu di bidang flora, kata Joeni, adalah masyarakat pehobi. Contohnya pehobi anggrek. Melalui koleksi mereka, peneliti bisa menggali asal tanaman itu dan mengidentifikasi apakah itu anggrek jenis baru atau tidak.

Sedang di dunia fauna, biasanya lebih kentara. Contohnya ya peran si Letnan Belanda yang menemukan komodo tadi. Dr. Amir Hamidy, peneliti di Pusat Penelitian Biologi LIPI mengatakan, untuk menentukan hewan termasuk baru atau tidak, memang butuh keahlian tersendiri.

Tapi biasanya peneliti terjun ke berbagai grup yang meminati hewan tertentu. Di sanalah biasanya ada informasi-informasi menarik dan berguna untuk menambah database. Di era digital sekarang, adanya grup-grup semacam itu di media sosial, termasuk platform pesan instan macam Whatsapp, dirasakan sangat membantu.

Joeni menyarankan, jika warga punya kecurigaan menemukan flora atau fauna jenis baru, untuk segera menghubungi LIPI melalui jaringan komunikasi yang ada. Dia mengakui, saat ini memang belum ada platform khusus untuk pelaporan semacam itu. (ded/ded)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER