Mengangkat Pamor Pasar Tradisional

Deddy Sinaga | CNN Indonesia
Kamis, 25 Jan 2018 18:05 WIB
Pasar tradisional tak jauh dari kesan kumuh, becek, dan amburadul. Mungkinkah pamornya diangkat dan bersaing dengan pasar modern serta hypermarket?
Pasar tradisional di bilangan Senen, Jakarta. (Foto: ANTARA FOTO/M Agung Rajasa)
Jakarta, CNN Indonesia -- Bila kita bicara tentang pasar tradisional, mayoritas dari kita sudah paham bahwa pasar tradisional adalah lokasi atau tempat bertemunya penjual dan pembeli di mana terjadi tawar-menawar harga atas barang-barang yang dijual yang biasanya merupakan barang kebutuhan sehari-hari, hasil pertanian, dan hasil laut.

Lebih jauh, apabila kita coba membayangkan wujud pasar tradisional, gambaran yang terbersit di benak kebanyakan orang adalah tempat yang kotor, jalanan yang becek, penataan barang dagangan yang semrawut, ketidakteraturan, ketidaknyamanan, dan kurangnya keamanan. Hal-hal yang barusan disebutkan ada benarnya karena dapat kita saksikan dan alami sendiri bagaimana suasana di pasar tradisional atau pasar rakyat.

Mari kita bandingkan dengan pasar modern seperti supermarket, swalayan, hypermarket, dan sebagainya, sungguh jauh berbeda dengan kondisi pasar yang disebutkan di atas. Pembeli akan dimanjakan dengan fasilitas-fasilitas dan kemudahan dalam berbelanja misalnya ruangan yang sejuk, luas, bersih dan wangi, layout ruangan tertata rapi, presentasi dan penataan produk yang menarik serta berbagai kelebihan lainnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Data survei AC Nielsen tahun 2013 menunjukkan, jumlah pasar rakyat di Indonesia terus mengalami penurunan. Tahun 2007 pasar rakyat berjumlah 13.550, tahun 2009 berjumlah 13.450 dan tahun 2011 berjumlah 9.950. Lebih lanjut, menurut Federasi Organisasi Pedagang Pasar Indonesia (Foppi), di seluruh Indonesia terjadi penyusutan pasar sebesar 8 persen, sedangkan pertumbuhan hypermarket sampai 70 persen.

Eksistensi pasar tradisional terancam seiring dengan menjamurnya pasar-pasar modern serta perubahan preferensi masyarakat dalam berbelanja kebutuhan pokok. Kebanyakan masyarakat saat ini lebih menyukai berbelanja di tempat yang nyaman, produk yang steril serta cenderung menghindari proses tawar-menawar harga. Ditambah lagi, pesatnya perkembangan teknologi informasi dan logistik meniadakan batas-batas dimensi ruang dan waktu dalam kegiatan perdagangan sehingga orang-orang tidak harus pergi ke pasar fisik untuk membeli bahan makanan dan kebutuhan pokok.

Fenomena ini adalah beberapa faktor penyebab menurunnya pertumbuhan jumlah pasar tradisional dan keuntungan yang diperoleh para pedagang pasar. Tidak ada yang salah dengan kemajuan teknologi dan perubahan pola konsumsi masyarakat tersebut. Perubahan adalah keniscayaan, tidak terelakkan. Akan tetapi, bagaimanakah nasib pelaku perdagangan di pasar tradisional sebagai imbas dari bermacam perubahan tersebut? Akankah mereka bertahan, atau malah tergilas oleh adanya perubahan?

Pasar tradisional sudah dikenal sejak puluhan abad lalu, diperkirakan sudah muncul sejak jaman kerajaan Kutai Kartanegara pada abad ke-5 Masehi dengan sistem transaksi barter. Bahkan di beberapa relief candi nusantara diperlihatkan cerita tentang masyarakat zaman kerajaan ketika bertransaksi jual beli walaupun tidak secara detail. Waktu itu hingga sekarang, pasar dijadikan sebagai ajang pertemuan dari segenap penjuru desa, pertukaran informasi, dan tempat terjadinya interaksi yang mendalam antara penjual dan pembeli melalui aktivitas tawar-menawar dan kunjungan berulang.

Hal yang menarik dari pasar tradisional bahwa pasar tradisional menyangkut kehidupan banyak orang dan mayoritas adalah komunitas kecil sehingga dapat disimpulkan bahwa pasar tradisional memiliki nilai strategis yang tinggi dalam menjaga keseimbangan pembangunan daerah dan pengendalian ekonomi, karena potensi ekonomi pasar tradisional sangat menjanjikan (Harian Radar Surabaya. 2005). Dengan demikian, ada konsekuensi besar yang harus ditanggung apabila keberadaan pasar tradisional ini tidak dipertahankan.

Berangkat dari alasan-alasan tersebut, Presiden Jokowi mencanangkan program revitalisasi pasar NAWACITA sebagaimana tertuang dalam RPJMN tahun anggaran 2015-2019, yaitu sebanyak 5000 pasar yang didukung oleh pemberdayaan secara terpadu. Penyaluran dana revitalisasi pasar melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Tugas Pembantuan (TP).

Prioritas pasar yang direvitalisasi adalah pasar-pasar yang berada di daerah tertinggal, terluar, dan perbatasan, pasar yang sudah berusia lebih dari 25 tahun, pasar yang mengalami bencana, pasar darurat serta pasar di daerah yang memiliki potensi perdagangan besar. Ada empat prinsip revitalisasi pasar yang dilakukan, yaitu revitalisasi fisik, revitalisasi manajemen, revitalisasi ekonomi, dan revitalisasi sosial.

Revitalisasi fisik meliputi perbaikan dan peningkatan kualitas dan kondisi fisik bangunan, tata hijau, sistem penghubung, sistem tanda/reklame dan ruang terbuka kawasan. Perbaikan kondisi fisik pasar sangat diperlukan untuk memberikan pengalaman berbelanja yang menyenangkan bagi pembeli, layaknya berbelanja di supermarket atau department store. Perbaikan yang dapat dilakukan meliputi sistem kebersihan gedung pasar, tata letak toko/kios/los, penyediaan fasilitas-fasilitas bagi pembeli dan penjual misalnya tempat parkir yang memadai, rest area, pengaturan suhu ruangan dan sebagainya.

Revitalisasi manajemen, pasar harus mampu membangun manajemen pengelolaan pasar yang mengatur secara jelas aspek-aspek seperti hak dan kewajiban pedagang, tata cara penempatan, pembiayaan, standar operasional prosedur pelayanan pasar. Pemerintah dapat memberikan penyuluhan dan asistensi kepada para pedagang pasar terkait standar dan prosedur pelayanan kepada konsumen. Kerja sama dengan swasta pun dapat dibangun misalnya melalui kemitraan dalam mekanisme penjualan dan promosi.

Untuk pasar-pasar yang besar misalnya, dapat melakukan promosi dan penjualan secara online bekerja sama dengan perusahaan start-up dan perusahaan pengiriman barang. Pemanfaatan perkembangan teknologi informasi dapat membantu pedagang pasar tradisional memasarkan produk secara luas dan meningkatkan keuntungan. Dapat pula diterapkan sistem penjualan kupon di mana pembeli akan mendapatkan poin dari setiap pembelian dan poin ini dapat ditukarkan dengan produk tertentu sehingga menarik pembeli untuk kembali datang ke pasar.

Pemerintah juga bisa menyelenggarakan atau mendorong inisiatif masyarakat untuk mengadakan acara-acara kultural maupun festival yang berlokasi di pasar sehingga menarik minat masyarakat untuk datang ke pasar bukan hanya sekedar belanja namun sekaligus berwisata budaya. Salah satu contoh event budaya yang berkaitan dengan pasar adalah festival pasar terapung Banjarmasin, festival pasar Kumandang di Solo.

Revitalisasi ekonomi meliputi perbaikan fisik kawasan yang bersifat jangka pendek, untuk mengakomodasi kegiatan ekonomi informal dan formal (local economic development).

Dan terakhir, revitalisasi sosial, yaitu menciptakan lingkungan yang menarik dan berdampak positif serta dapat meningkatkan dinamika dan kehidupan sosial masyarakat/ warga. Revitalisasi yang dapat dilakukan pemerintah pada dua aspek ini dapat berupa perbaikan jaringan suplai barang ke pedagang pasar, pengembangan konsep pasar sebagai koridor ekonomi (pasar wisata), maupun kompetisi dan sertifikasi pasar bersih.

Tentunya usulan program revitalisasi ini tidak semudah membalikan telapak tangan dalam pelaksanaannya, dibutuhkan koordinasi pemerintah pusat dan pemerintah daerah serta komitmen sebagai prasyarat utama keberhasilan program apapun yang akan diimplementasikan. Persoalan-persoalan terkait konflik kepentingan, alih lahan, tekanan PAD (penerimaan asli daerah) atau redistribusi pajak pasti bisa diselesaikan dengan baik bila semua memahami tujuan program revitalisasi.

Persoalan di lapangan seperti penolakan para pedagang dalam proses relokasi bisa dicegah sejak awal bila kebijakan dikomunikasikan dengan baik oleh pemerintah daerah kepada para pedagang pasar. Akhir kata, pertimbangan kebijakan yang matang serta sinergi pemerintah dan serta pemangku kepentingan di pasar tradisional merupakan kunci kesuksesan program revitalisasi agar eksistensi pasar rakyat tidak punah ditelan modernisasi. (ded/ded)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER