Benarkah Bahasa Indonesia Menuju Mati Suri?

Deddy Sinaga | CNN Indonesia
Jumat, 26 Jan 2018 09:55 WIB
Benarkah bahasa Indonesia yang dahulu pernah dijunjung tinggi oleh muda-mudinya, kini telah mulai dilupakan dan dinodai oleh generasi kini?
Ilustrasi (Foto: ANTARA FOTO/Basri Marzuki)
Jakarta, CNN Indonesia -- “Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, Bahasa Indonesia.” Kutipan ini merupakan salah satu janji yang disebutkan oleh muda-mudi Indonesia pada 28 Oktober 1928. Sebuah janji sederhana, yang terus dipelihara selama bertahun-tahun. Sayangnya kini janji tersebut hanya tinggal ucapan belaka, tanpa ada yang berusaha menepati.

Bahasa Indonesia yang dahulu pernah dijunjung tinggi oleh muda-mudinya, kini telah mulai dilupakan dan dinodai oleh generasi selanjutnya. Tidak dapat dipungkiri ada begitu banyak masyarakat Indonesia, khususnya anak muda, yang tidak lagi menggunakan Bahasa Indonesia secara benar dan tepat. Kita sebagai anak muda Indonesia, kini lebih suka berbicara dengan bahasa Inggris atau bahasa slang, tanpa tahu bagaimana tata bahasa Indonesia yang seharusnya.

Bahasa Anak Muda
Beberapa tahun belakangan ini, beragam bahasa tumbuh dan berkembang di antara kita. Sebut saja bahasa alay, bahasa singkatan, bahasa slang, maupun bahasa gado-gado yang mencampurkan berbagai bahasa dalam kalimatnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bahasa tersebut berkembang subur seiring perkembangan sosial media yang semakin beragam. Bahkan tidak jarang ada kata-kata slang yang muncul dan populer karena sering digunakan di sosial media. Akui saja, pasti banyak di antara kita yang mengetahui kata-kata slang justru dari sosial media.

Bahasa slang ini, sebenarnya adalah bahasa Indonesia yang bukan bahasa Indonesia. Kok bisa begitu? Tentu saja karena kata-kata dalam bahasa slang tidak ada dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pun jika ada biasanya sudah megalami pergeseran makna dari apa yang ada di dalam KBBI.

Bahasa slang, menurut Gorys Keraf, ialah bahasa nonstandard yang informal dan disusun secara khas; kata-kata biasa yang diubah secara arbitrer; atau kata kiasan yang khas. Bahasa slang dapat dihasilkan dari kesahahan ucap baik yang sengaja maupun tidak. Sayangnya tidak banyak kosakata slang dapat bertahan lama, dan sering kali kosakata tersebut menimbulkan ketidaksesuaian dengan kaidah bahasa Indonesia.

Beberapa contoh kata slang yang kerap kita gunakan, seperti mager (males gerak), baryaw (sabar ya), atau lola (loading lama). Tidak jarang penggunaan bahasa slang menggabungkan beberapa bahasa sekaligus. Contohnya seperti ungkapan “so what gitu loh” yang sempat populer beberapa tahun yang lalu.

Ya, beberapa tahun yang lalu. Karena saat ini ungkapat itu sudang sangat tidak populer, bahkan hampir tidak ada yang menggunakannya. Hal ini membuktikan bahwa bahasa slang memang berubah dengan sangat cepat.

Bahasa slang sendiri lebih sering digunakan karena dirasa tidak terlalu formal atau kaku. Ya kita sebagai anak muda memang cenderung menyukai sesuatu yang lebih informal, bebas, serta santai, apalagi saat berhungan dengan teman sebaya. Berbincang dengan bahasa yang terlalu formal seakan dapat menciptakan dinding tak kasat mata.

Berbicara dengan bahasa slang pun terkadang dapat menunjukkan tingkat kedekatan kita dengan orang yang kita ajak bicara. Semakin santai kata-kata yang ditujukan, semakin dekat pula hubungan kita dengan orang tersebut.

Perlunya Pembelajaran Bahasa
Adanya bahasa slang memang memudahkan penggunanya untuk mencairkan suasana saat berkomunikasi. Namun sebagai generasi penerus bangsa, kita tetap harus mempelajari dan memahami penggunaan bahasa Indonesia yang benar dan tepat. Mengapa harus? Karena mereka yang terlalu terbiasa dengan bahasa slang biasanya melupakan bagaimana kaidah bahasa Indonesia.

Padahal tidak semua orang bisa memaklumi bahasa slang. Ada beberapa orang yang merasa penggunaan bahasa itu tidak sopan dan kurang pantas, terutama saat membahas sesuatu yang formal. Hal ini tentu saja dapat menimbulkan suatu masalah.

Selain itu bahasa Indonesia bisa mati suri jika masyarakatnya selalu menggunakan bahasa slang. Disebut mati suri karena bahasa Indonesia masih ada dan masih digunakan. Hanya saja penggunaan kaidah bahasa yang tidak tepat dapat merusak bahasa Indonesia. Hingga pada akhirnya, masyarakat akan melupakan seperti apa bahasa Indonesia yang benar.

Jika sudah begitu, kita sendiri yang akan kelimpungan karena tidak ada satu pun yang mengerti kaidah-kaidah bahasa Indonesia. Lagi pula sebagai generasi penerus, kita harus bisa mewujudkan harapan dan janji yang tertuang dalam Sumpah Pemuda 89 tahun silam.

Emmanuella Sukma
Mahasiswi Jurnalistik, Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Padjadjaran (ded/ded)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER