Jayapura, CNN Indonesia -- Suku Marind yang tinggal di Pulau Kolepon, Kabupaten Merauke secara tradisional menanam tumbuhan semak yang punya efek bikin terbuai. Masyarakat Pasifik menyebutnya kava (Piper mythesticum). Terdapat lima varietas kava di Pulau Kolepon.
Tanaman kava ditanam pada kebun yang efisien, dengan gundukan-gundukan tanah setinggi satu meter pada lahan rawa. Parit-parit menghasilkan sistem drainase yang rumit dan efektif, mengelilingi petak kebun.
Kava ditanam bersama keladi pada lahan tanam yang lebih rendah sehingga kondisinya lebih lembab. Sedangkan pada gundukan tanah yang lebih tinggi digunakan untuk menanam tumbuhan umbi-umbian dan ubi jalar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tumbuhan kava berkaitan erat dengan berbagai upacara adat Suku Marind tetapi juga hampir setiap hari diminum oleh orang dewasa. Tumbuhan dan minuman yang diolah dari tanaman ini oleh Suku Marind disebut 'wati'. Wati merupakan minuman yang mengakibatkan rasa terbuai.
Wati dibuat dari bagian akar kava, sangat dihargai baik saat upacara adat maupun dalam kehidupan sehari-hari. Hampir setiap hari para tua-tua meminum sari wati dengan cara mengunyah bagian akar.
Dalam budaya Marind, anak kecil atau pemuda yang belum menikah tidak diperbolehkan mengkonsumsi minuman wati. Sama halnya dengan mengkonsumsi alkohol dalam budaya Eropa, wati menjadi sarana yang mempermudah dalam bersosialisasi, sehingga selalu disertakan dalam hadiah yang diberikan atas pertolongan dari sesama, baik untuk penggarapan kebun ataupun pekerjaan lain.
(ded/ded)