Pertempuran Surabaya terjadi pada 10 November 1945 yang kemudian dikenal sebagai Hari Pahlawan dan dijadikan sebagai hari libur nasional. Kota Surabaya menjadi medan perang antara pasukan Inggris dengan tentara dan rakyat Surabaya.
Pertempuran Surabaya menjadi perang pertama di Indonesia setelah Presiden Soekarno menyatakan proklamasi kemerdekaan pada Agustus.
Ada dua hal ikonis dari peristiwa ini yakni, perobekan bendera Belanda di Hotel Yamato dan pidato membara dari Bung Tomo dengan semboyannya 'Merdeka atau Mati'.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Terbakarnya Bandung hingga disebut seperti lautan api terjadi pada 23 Maret 1946, menjadi salah satu rangkaian dari peristiwa sejarah di Indonesia.
Dibakarnya seantero Kota Bandung dilakukan penduduknya merupakan strategi rakyat Indonesia menghindari kota dikuasai dan digunakan sebagai markas oleh militer Belanda.
Akibat dari peristiwa Bandung Lautan Api, sebanyak 200.000 penduduk mengungsi.
![]() |
Konferensi Meja Bundar (KMB) menandai lepasnya Indonesia dari cengkeraman Belanda. Konferensi Meja Bundar diadakan di Den Haag pada 23 Agustus hingga 2 November 1949.
Sebelum KMB terjadi, terdapat tiga rangkaian perjanjian Indonesia dan Belanda yang mendahului, perjanjian tersebut di antaranya Perjanjian Linggarjati (1947), Perjanjian Renville (1948), dan Perjanjian Roem Royen (1949), serta peristiwa Agresi Militer Belanda I dan II.
Indonesia resmi menjadi anggota PBB ke-60 pada 28 September 1950, merujuk Kemlu. Hal tersebut bisa terjadi setelah pengakuan Belanda dalam Konferensi Meja Bundar.
Namun Indonesia keluar dari keanggotaan PBB pada 7 Januari 1965 setelah konfrontasi Indonesia dan Malaysia, kemudian bergabung kembali pada 1966.
![]() |
Gerakan 30 September merupakan gerakan yang bertujuan menggulingkan pemerintahan Presiden Soekarno dan mengubah Indonesia menjadi negara komunis.
Gerakan yang diketuai oleh DN Aidit itu mengincar para perwira tinggi TNI AD. Setidaknya, 6 jenderal dan 1 perwira menjadi korban dan jasadnya dibawa ke Lubang Buaya.
Ketujuh korban kemudian ditetapkan menjadi pahlawan revolusi yang kemudian diakui sebagai Pahlawan Nasional.
Sosok yang disebut sebagai The Smiling General ini menjadi presiden kedua RI pada 26 Maret 1968.
Soeharto tidak langsung menjadi presiden menggantikan Soekarno, melainkan terlebih dulu menjabat sebagai Pejabat Presiden sesuai dengan ketetapan MPRS.
Pamornya naik setelah Presiden Soekarno memercayakan permasalahan PKI kepada Soeharto. Soeharto memerintah Indonesia 32 tahun lamanya dari 1968 hingga 1998.
Krisis finansial menghantam keras Indonesia pada 1998. Krisis moneter ini disebabkan akibat krisis finansial yang melanda Asia.
Selama masa krismon, inflasi rupiah jatuh, harga bahan makanan menjadi mahal, dan berdampak pada kekacauan di Indonesia hingga menyebabkan Soeharto lengser.
Baca juga:5 Negara yang Bangkrut Akibat Utang |
Presiden Soeharto lengser dari kursi kepresidenan pada 21 Mei 1998 setelah berkuasa 32 tahun lamanya. Soeharto mengundurkan diri saat baru dua bulan dipilih kembali untuk ketujuh kalinya.
Soeharto mundur setelah mendapat tekanan kuat masyarakat yang menuntut reformasi akibat permasalahan ekonomi, politik, dan sosial yang telah lama menggelembung.
Salah satu memori yang paling diingat dalam aksi menurunkan Soeharto adalah Tragedi Trisakti. Enam mahasiswa tewas diterjang peluru tajam dalam aksi damai demonstrasi mahasiswa.
Sementara kerusuhan dan penjarahan dan kerusuhan SARA melanda hampir sebagian Jakarta. Posisi presiden kemudian digantikan oleh B. J. Habibie sebagai presiden ke-3 RI.
![]() |
Peristiwa sejarah di Indonesia selanjutnya adalah pemilihan umum (pemilu) pada 2004.
Ini adalah pemilu pertama yang memungkinkan rakyat memilih presiden secara langsung dan dilakukan dengan cara yang benar-benar berbeda dari sebelumnya.
Pemilihan Umum ini diselenggarakan selama 2 putaran. Putaran pertama diselenggarakan pada 5 Juli 2004 diikuti oleh 5 paslon, kemudian pemilu putaran kedua pada 20 September 2004 diikuti oleh 2 paslon.
Pada pemilu kali pertama Indonesia ini dimenangkan oleh pasangan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Jusuf Kalla.
(imb/fef)