Pantun, gurindam, dan syair adalah jenis puisi lama yang selalu dibahas dalam materi pelajaran Bahasa Indonesia.
Meski sama-sama tergolong dalam puisi lama, ketiganya memiliki sejumlah perbedaan yang bisa ditilik dari masing-masing ciri atau karakteristiknya. Berikut persamaan dan perbedaan pantun, gurindam, dan syair.
Lihat Juga : |
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Puisi rakyat atau yang biasa dikenal puisi lama adalah warisan bangsa yang berupa puisi, syair, pantun dan gurindam. Puisi lama biasanya disampaikan dari mulut ke mulut bahkan sering kali tidak diketahui pengarang atau penulisnya.
Biasanya, puisi lama sangat kaku atau terikat pada aturan-aturan, seperti jumlah kata setiap baris, jumlah baris pada bait, serta menggunakan pengulangan kata di awal atau akhir yang biasa kita sebut rima.
Persamaan dari pantun, gurindam, dan syair adalah memiliki nilai pesan moral, agama, etika, dan budi pekerti. Penggunaan puisi lama ini tak sebatas untuk sarana hiburan, tetapi juga sebagai nasihat yang dikemas dalam bentuk menarik.
Agar lebih jelas, berikut diulas pengertian beserta ciri pantun, gurindam, dan syair agar kamu lebih memahami perbedaan ketiganya, seperti dikutip dari Buku Bahasa Indonesia SMP/MTs Kelas VII, VIII, & IX (2022).
Pantun adalah puisi Melayu yang mengakar dan membudaya dalam masyarakat. Pantun dikenal dengan banyak nama dalam berbagai bahasa di Indonesia.
Misalnya parikan dalam bahasa Jawa, paparikan dalam bahasa Sunda, patuntun dalam bahasa Minangkabau, dengan arti yang kurang lebih sama, yaitu suatu ucapan yang teratur, arahan yang mendidik, serta salah satu bentuk dari kesantunan.
Berikut ciri-ciri dari pantun:
Umumnya, sampiran pada pantun tidak ada berhubungan dengan isi. Oleh karena itu, untuk menafsirkan atau memaknai sebuah pantun hanya cukup difokuskan pada bagian isinya.
Pantun memiliki banyak sekali jenis, di antaranya adalah pantun anak-anak, pantun muda-mudi, pantun jenaka, pantun orang tua, pantun nasihat, pantun teka-teki, pantun perkenalan, dan banyak lagi.
Contoh pantun:
Apa guna orang bertenun
untuk membuat pakaian adat
Apa guna orang berpantun
untuk beri petuah amanat
Asam kadis asam gelugur
kedua asam siang riang
Menangis mayat di dalam kubur
mengingat diri tidak sembahyang.
Beli kacang kupas kulitnya
kacang dikupas dicampur kurma
Kalau boleh abang bertanya
nona manis hendak ke mana.
Pagi-pagi makan kuaci
jangan dimakan dengan kulitnya
Bagaimana pula kau ini
satu tambah satu masa tak bisa.
Buah sawo warnanya cokelat
buah naga berwarna merah
Pergi sekolah harus semangat
Jangan malas dan pantang menyerah.
Buah rambutan masak sebuah
kalau dimakan manis rasanya
Hai nona berbaju merah
sudahkah engkau ada yang punya?
Gurindam adalah salah satu jenis puisi lama yang berasal dari negeri India. Berbagai sumber menyebut bahwa istilah gurindam berasal dari bahasa India, yaitu kirindam yang berarti "mula-mula" atau "perumpamaan".
Gurindam sarat nilai agama dan moral yang sering dijadikan sebagai norma kehidupan bagi orang di zaman dulu yang ditulis atau disampaikan secara ringkas.
Apabila ditinjau dari isinya, gurindam sekilas mirip dengan peribahasa atau pepatah. Adapun ciri-ciri gurindam sebagai berikut:
Contoh gurindam:
Apabila orang mudah mencacat,
pekerjaan itu membuat sesat.
Barang siapa meninggalkan salat,
tiadalah hartanya berolah berkarat.
Kurang pikir kurang siasat,
tentu dirimu kelak tersesat
(Gurindam karya Raja Ali Haji berjudul 'Gurindam Dua Belas')
Dari contoh gurindam di atas, jelas bahwa isinya mengandung nasihat atau ajaran moral tentang keagamaan.
Contoh gurindam lainnya:
Kalau mulut tajam dan kasar,
boleh ditimpa bahaya besar.
Pikir dahulu sebelum berkata,
supaya terelak silang sengketa.
Kalau diri kena perkara,
turut susah sanak saudara.
Barang siapa berbuat khianat
Tuhan kelak memberi laknat.
Puisi lama berikutnya adalah syair. Syair biasanya ditulis dengan gaya bercerita yang mementingkan irama sajak. Karena itu, syair memiliki banyak bait di dalamnya.
Selain itu, syair sangat terikat dengan jumlah baris dalam satu bait, jumlah suku kata, termasuk keselarasan rima.
Syair memiliki beberapa jenis, antara lain syair panji yang bercerita tentang kerajaan atau istana, syair romantis, syair kiasan, syair sejarah, dan syair agama yang berisi tentang nasihat agama.
Berikut ciri-ciri syair:
Contoh syair:
Dengarlah kisah suatu riwayat
Raja di desa negeri Kembayat
Dikarang fakir dijadikan hikayat
Dibuatkan syair serta berniat
Ada raja sebuah negeri
Sutan Agus bijak besyari
Asalnya baginda raja yang bahari
Melimpahkan pada dagang biaperi
Kabar orang empunya termasa
Baginda itulah raja perkasa
Tiada ia merasai sengsara
Entag kepada esok dan lusa
(Syair Bidasari)
Syair Bidasari menceritakan tentang Bidasari, putri raja yang dibuang setelah dilahirkan. Setelah besar, Bidasari kembali bertemu dengan ibunya. Ia memaafkan ibunya yang menyesal karena membuang anaknya sendiri.
Demikian penjelasan tentang persamaan dan perbedaan pantun, gurindam, dan syair. Semoga membantumu untuk memahami bagian materi dari puisi lama.
(ira/fef)