Puisi lama merupakan bagian dari warisan sastra klasik Indonesia. Puisi lama disampaikan dari mulut ke mulut dan biasanya tidak diketahui pengarangnya.
Nah, tahukah kamu apa saja jenis-jenis dan contoh puisi lama Indonesia? Simak penjelasannya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat Juga : |
Puisi lama adalah jenis puisi yang terikat oleh aturan-aturan, di antaranya jumlah kata dalam satu baris, jumlah baris dalam satu bait, persajakan atau rima, banyak suku kata setiap baris, dan irama.
Puisi lama disebut-sebut telah ada sejak zaman kerajaan kuno di Nusantara kira-kira sebelum abad ke-20, seperti dikutip dari buku Seni Mengenal Puisi (2020).
Puisi lama terbagi menjadi tujuh jenis, yaitu mantra, pantun, karmina, seloka, gurindam, syair, dan talibun. Isinya beragam, antara lain mencerminkan pesan moral, budi pekerti, nilai etika, keragaman budaya, hingga keindahan alam.
Selain itu, puisi rakyat sering kali tidak diketahui pengarangnya alias anonim. Puisi rakyat juga berkembang di kalangan rakyat secara lisan. Inilah alasannya, puisi lama dikenal juga dengan sebutan puisi rakyat.
Puisi lama Indonesia terdiri dari mantra, pantun, karmina (pantun kilat), seloka (pantun berkait), gurindam, syair, dan talibun.
Berikut masing-masing contoh puisi lama berdasarkan jenisnya.
Mantra tergolong sebagai salah satu jenis sastra atau puisi lama yang pertama kali berkembang di Nusantara. Mantra adalah ujaran lisan berirama yang dipercaya dapat mendatangkan kekuatan gaib atau sihir.
Mantra biasanya dirapal dalam acara atau ritual tertentu, misalnya mantra menolak hujan, memohon kesembuhan, atau menghindari gangguan makhluk halus, dan sebagainya.
Contoh mantra:
Sirih lontar pinang lontar
Terletak di ujung bumi
Setan buta jembalang buta
Aku sapa tidak berbunyi.
Pantun adalah jenis puisi lama yang memiliki bentuk dan pola yang tetap, yaitu terdiri atas empat larik dengan rima a-b-a-b. Tiap baris tersebut terdiri atas 8-12 suku kata.
Dalam pantun, dua baris pertama disebut sampiran dan dua baris berikutnya merupakan isi. Berdasarkan isinya, pantun dibagi lagi menjadi pantun anak, muda-mudi, agama/nasihat, teka-teki, jenaka, dan banyak lainnya.
Contoh pantun:
Raja gagah lagi sakti
Laksamana pergi berperang
Supaya tidak sesal di hati
Janganlah kena perdaya orang.
Tumbuh merata pohon tebu
Pergi ke pasar membeli daging
Banyak harta miskin ilmu
Bagai rumah tak berdinding.
Karmina merupakan sejenis pantun tetapi isinya lebih pendek. Bentuknya yang pendek membuat karmina juga disebut sebagai pantun kilat.
Jenis puisi ini juga memiliki pola yang tetap yang terdiri dari dua baris. Baris pertama dalam karmina disebut sampiran dan baris kedua disebut isi.
Contoh karmina:
Buah matoa sulit didapat
Sudah tua belum juga tobat
Ikan lele beli di pasar
Persoalan sepele jangan diumbar
Seloka merupakan pantun berkait dengan pola a-a-a-a yang memiliki sampiran dan sisi. Namun selebihnya, seloka mirip dengan pantun.
Seloka berasal dari Melayu klasik yang berisi pepatah.
Contoh seloka:
Candu dibungkus kain palas
Makan dia mata bilas
Mandi segan kerja malas
Harta orang hendak digalas.
Sudah bertemu kasih sayang
Duduk terkurung malam siang
Hingga setapak tiada renggang
Tulang sendi habis berguncang.
Gurindam merupakan jenis puisi yang masing-masing baitnya terdiri dari dua baris dengan pola a-a. Gurindam berisi nasihat atau petuah.
Contoh gurindam:
Apabila orang mudah mencacat
pekerjaan itu membuat sesat
Barang siapa meninggalkan salat
tiadalah hartanya berolah berkarat
Kurang pikir kurang siasat
tentu dirimu kelak tersesat.
(Gurindam Dua Belas karya Raja Ali Haji)
Syair merupakan jenis puisi dengan ciri tiap bait berisi empat baris berpola a-a-a-a. Isi syair mengandung nasihat atau amanat yang ingin disampaikan penyairnya.
Contoh syair:
Wahai Ananda dengarlah pesan
Pakai olehmu sifat anak jantan
Bertanggung jawab dalam perbuatan
Beban dipikul pantang dielakkan
Talibun memiliki jumlah baris lebih dari empat tapi selalu genap, bisa 6, 8, 10, 12, atau 14. Beberapa talibun ditulis juga dalam 16-20 baris dalam tiap baitnya.
Pola talibun a-b-c-a-b-c, atau a-b-c-d-a-b-c-d, yang terdiri atas sampiran dan isi.
Contoh talibun:
Permata jatuh ke rumput
Jatuh ke rumput gilang-gilang
Ditempuh dilanda jangan
Rumput sarat sela bersela
Di mata sungguh pun luput
Di hati tidak kunjung hilang
Sang menjadi angan-angan
Malam menjadi impian pula.
Demikian contoh puisi lama Indonesia berdasarkan jenis-jenisnya. Selamat belajar!
(fef)