Teori Asal-usul dan Persebaran Nenek Moyang Indonesia Menurut Ahli

CNN Indonesia
Minggu, 29 Okt 2023 08:30 WIB
Awal keberadaan manusia memiliki pendapat yang berbeda dari para ahli. Simak asal-usul dan persebaran nenek moyang Indonesia.
Ilustrasi. Pendapat ahli tentang asal-usul dan persebaran nenek moyang Indonesia (ANTARA FOTO/Zabur Karuru)
Jakarta, CNN Indonesia --

Indonesia terdiri dari berbagai macam suku dan ras. Keberagaman tersebut membuat asal-usul dan persebaran nenek moyang bangsa Indonesia perlu ditelusuri.

Awal keberadaan manusia di Indonesia adalah zaman prasejarah yang memiliki beberapa pendapat berbeda-beda dari para ahli.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ada yang menyatakan bangsa Indonesia berasal dari Cina. Namun ada juga yang berpendapat bahwa bangsa Indonesia berasal dari wilayah Indonesia sendiri.

Teori Asal-usul dan Persebaran Nenek Moyang Indonesia

Dilansir dari Modul Pembelajaran SMA Sejarah Indonesia Kelas X Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2020), berikut sejumlah teori asal-usul dan persebaran nenek moyang Indonesia menurut pendapat para ahli.

1. Drs. Moh. Ali

Drs. Moh. Ali menyatakan bahwa bangsa Indonesia berasal dari daerah Yunan, Cina. Menurutnya, leluhur orang Indonesia berasal dari hulu-hulu sungai besar yang terletak di daratan Asia dan mereka berdatangan secara bergelombang.

Gelombang pertama berlangsung dari 3.000 hingga 1.500 SM (Proto Melayu) dan gelombang kedua terjadi pada 1.500 hingga 500 SM (Deutro Melayu).

Ciri-ciri gelombang pertama adalah kebudayaan Neolitikum dengan jenis perahu bercadik-satu, sedangkan gelombang kedua menggunakan perahu bercadik-dua.

Pendapat ini juga dipengaruhi oleh Mens yang mengatakan bahwa bangsa Indonesia berasal dari daerah Mongol yang terdesak oleh bangsa-bangsa lebih kuat sehingga mereka pindah ke selatan, termasuk Indonesia.

2. Prof. Dr. H. Kern

Ilmuwan asal Belanda, Prof. Dr. H. Kern menyatakan bahwa bangsa Indonesia berasal dari Asia. Kern menyimpulkan bahwa bangsa Indonesia berawal dari satu daerah dan menggunakan bahasa Campa.

Kern berpendapat bahwa bahasa-bahasa yang digunakan di kepulauan Indonesia, Polinesia, Melanesia, Mikronesia memiliki akar bahasa yang sama, yakni bahasa Austronesia.

Menurutnya, nenek-moyang bangsa Indonesia menggunakan perahu-perahu bercadik menuju kepulauan Indonesia. Pendapat Kern ini didukung oleh adanya persamaan nama dan bahasa yang dipergunakan di daerah Campa dengan di Indonesia.

Misalnya kata "kampong" yang banyak digunakan sebagai kata tempat di Kamboja. Selain nama geografis, istilah-istilah binatang dan alat perang pun banyak kesamaannya.

Namun pendapat ini disangkal oleh K. Himly dan P.W. Schmidt berdasarkan perbendaharaan bahasa Campa.

3. Prof. Dr. Sangkot Marzuki

Prof. Dr. Sangkot Marzuki menyatakan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari Austronesia dataran Sunda.

Hal ini didasarkan dari hasil penelusuran DNA fosil. Ia menyanggah bahwa nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari Yunan karena Homo Erectus atau Phitecantropus Erectus ini tidak ada kelanjutannya pada manusia saat ini.

Mereka punah dan digantikan oleh manusia dengan spesies baru, yang sementara ini diyakini sebagai nenek moyang manusia yang ditemukan di Afrika.

4. Van Heine Geldern

Pendapat Van Heine Geldern tidak jauh berbeda dengan Kern bahwa bahasa Indonesia berasal dari Asia Tengah.

Teori Geldern ini didukung oleh penemuan-penemuan sejumlah artefak, sebagai perwujudan budaya, yang ditemukan di Indonesia mempunyai banyak kesamaan dengan yang ditemukan di daratan Asia.

5. Prof. Mohammad Yamin

Prof. Mohammad Yamin menentang teori-teori di atas. Ia menyangkal bahwa orang Indonesia berasal dari luar kepulauan Indonesia. Menurut pandangannya, orang Indonesia adalah asli berasal dari wilayah Indonesia sendiri.

Yamin bahkan meyakini bahwa ada sebagian bangsa atau suku di luar negeri yang berasal dari Indonesia. Ia menambahkan bahwa temuan fosil dan artefak
lebih banyak dan lengkap di Indonesia daripada daerah lainnya di Asia.

Misalnya, temuan fosil Homo atau Pithecanthropus soloensis dan wajakensis yang tak ditemukan di daerah Asia lain termasuk Indocina (Asia Tenggara).

6. Dr. Brandes

Dr. Brandes berpendapat bahwa suku-suku yang bermukim di kepulauan Indonesia memiliki persamaan dengan bangsa-bangsa yang bermukim di daerah-daerah yang membentang dari

  • sebelah utara Pulau Formosa di Taiwan,
  • sebelah barat Pulau Madagaskar,
  • sebelah selatan yaitu Jawa, Bali, dan
  • sebelah timur hingga ke tepi pantai bata Amerika.

Brandes melakukan penelitian ini berdasarkan perbandingan bahasa.

7. Hogen

Hogen menyatakan bahwa bangsa yang mendiami daerah pesisir Melayu berasal dari Sumatra. Bangsa Melayu ini kemudian bercampur dengan bangsa Mongol yang disebut bangsa Proto Melayu (Melayu Tua) dan Deutro Melayu (Melayu Muda).

Bangsa Proto Melayu kemudian menyebar di sekitar wilayah Indonesia pada tahun 3.000 hingga 1.500 SM, sedangkan bangsa Deutro Melayu datang ke Indonesia sekitar tahun 1.500 hingga 500 SM.

8. Mens

Mens berpendapat bahwa bangsa Indonesia berasal dari bangsa Mongol yang terdesak oleh bangsa bangsa yang lebih kuat sehingga mereka terdesak ke selatan termasuk kawasan Indonesia.

9. Mayundar

Mayundar berpendapat bahwa bangsa-bangsa yang berbahasa Austronesia berasal dari India, lalu menyebar ke wilayah Indocina terus ke daerah Indonesia dan Pasifik.

Teori Mayundar ini didukung oleh penelitiannya bahwa bahasa Austria merupakan bahasa Muda di India bagian timur.

Suku Melayu di Indonesia

Nenek moyang bangsa Indonesia mempunyai kebudayaan kelautan yakni sebagai penemu model asli perahu bercadik yang merupakan ciri khas kapal bangsa Indonesia.

Orang-orang Austronesia yang memasuki wilayah Nusantara kemudian menetap disebut Bangsa Melayu Indonesia.

Mereka menjadi nenek moyang bangsa Indonesia hingga sekarang. Bangsa Melayu dapat dibedakan menjadi dua suku bangsa, yakni Proto Melayu (Bangsa Melayu Tua) dan Deutero Melayu (Bangsa Melayu Muda).

1. Proto Melayu

Proto Melayu adalah orang-orang Austronesia dari Asia yang pertama kali datang ke Nusantara pada sekitar 1.500 SM. Bangsa ini memasuki wilayah Nusantara melalui Jalur Barat (melalui Malaysia-Sumatra) dan Jalur Utara atau Timue (melalui Filipina-Sulawesi).

Kebudayaan bangsa Melayu Tua disebut kebudayaan batu baru atau Neolithikum. Meskipun hampir semua peralatan mereka terbuat dari batu, pembuatannya sudah dihaluskan.

Hasil budaya zaman ini yang terkenal adalah kapak persegi yang banyak ditemukan di wilayah Indonesia bagian Barat (Sumatra, Jawa, Kalimantan, dan Bali).

Menurut penelitian Van Heekertn di Kalumpang (Sulawesi Utara) telah terjadi perpaduan antara tradisi kapak persegi dan kapak lonjong yang dibawa oleh orang-orang Austranesia yang datang dari arah utara atau melalui Filipina dan Sulawesi.

Suku bangsa Indonesia yang termasuk anak keturunan bangsa Proto Melayu adalah suku Dayak dan Suku Toraja.

2. Deutero Melayu

Pada kurun waktu tahun 400-300 SM adalah gelombang ke dua nenek moyang bangsa Indonesia datang ke nusantara. Bangsa melayu muda (Deutero Melayu) berhasil mendesak dan berasimilsasi dengan pendahulunya, bangsa Proto Melayu.

Bangsa deuteron Melayu memasuki wilayah nusantara melalui jalur Barat mereka menempuh rute dari Yunan (Teluk Tonkin), Vietnam, Semenanjung Malaysia, dan akhirnya sampai di Nusantara.

Bangsa Deutero Melayu memiliki kebudayaan yang lebih maju dibandingkan bangsa Proto Melayu karena mereka telah dapat membuat barang-barang dari perunggu dan besi.

Hasil budayanya yang terkenal adalah kapak corong, kapak sepatu, dan nekara. Selain kebudayaan logam, bangsa Deutro Melayu juga mengembangkan kebudayaan Megalithikum.

Contohnya menhir atau tugu batu, dolmen atau meja batu, sarkofagus atau keranda mayat, kubur batu, dan punden berundak. Suku bangsa Indonesia yang termasuk keturunan bangsa Melayu muda adalah suku Jawa, Melayu, dan Bugis.

Itulah teori tentang asal usul dan persebaran nenek moyang bangsa Indonesia menurut para ahli. Selamat belajar!

(juh)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER