Teks editorial merupakan salah satu jenis teks yang dipelajari dalam bahasa Indonesia. Berdasarkan strukturnya, teks editorial termasuk dalam teks eksposisi.
Supaya lebih memahami apa itu teks editorial, simak pengertian, ciri-ciri, struktur, dan kaidah kebahasaannya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dilansir dari E-modul Bahasa Indonesia Kelas XII Kemendikbud (2019), teks editorial adalah tulisan dalam media atau surat kabar yang berisi tentang sikap, gagasan, atau pandangan redaksi terhadap suatu peristiwa atau persoalan di masyarakat.
Persoalan yang diangkat dapat berupa isu/masalah politik, ekonomi, sosial, dan sebagainya. Biasanya dalam teks editorial disertai dengan pendapat atau opini redaksi.
Kendati teks editorial memuat opini atau pendapat, tetapi dalam penulisannya tidaklah sembarangan. Opini yang disampaikan dalam teks editorial harus dilengkapi dengan fakta, bukti, dan argumentasi yang logis.
Berikut ciri-ciri teks editorial.
Mengutip Modul Tema 14 Bahasa Indonesia Paket C Setara SMA/MA Kelas XII Kemdikbud (2020), teks editorial memiliki struktur yang memudahkan dalam penulisannya.
Struktur teks editorial sama dengan teks eksposisi. Karenanya, struktur teks editorial meliputi pengenalan isu (tesis), argumentasi, dan penegasan. Ketiga bagian tersebut saling berkaitan.
Pengenalan isu sering juga disebut sebagai pernyataan umum atau tesis. Pengenalan isu merupakan bagian pendahuluan teks editorial.
Fungsinya adalah mengenalkan permasalahan yang akan dibahas pada bagian berikutnya. Biasanya bagian ini menyajikan peristiwa, persoalan aktual, fenomenal dan kontroversial.
Pernyataan pendapat atau tesis juga berisi sudut pandang penulis tentang masalah yang akan dibahas. Biasanya tesis berupa teori yang diperkuat dengan argumen.
Bagian ini merupakan pembahasan yang berisi tanggapan atau pandangan redaksi terhadap isu atau permasalahan yang dikemukakan di bagian pernyataan umum.
Umumnya, argumentasi diperkuat dengan data hasil penelitian, pernyataan para ahli, ataupun fakta-fakta berdasarkan referensi yang dapat dipercaya.
Bagian ini berisi simpulan, saran, dan rekomendasi. Bagian ini juga bisa memuat harapan redaksi kepada beberapa pihak terkait dalam mencari solusi tentang permasalahan yang dikemukakan.
Selain itu, pernyataan atau penegasan ulang pendapat dapat berisi penegasan ulang pendapat yang didukung fakta. Tujuannya memperkuat atau menegaskan keseluruhan isi teks editorial.
Teks editorial memiliki kaidah kebahasaan yang berciri bahasa jurnalistik. Berikut ini bahasa untuk teks editorial.
Kalimat retoris adalah kalimat pertanyaan yang tidak ditujukan untuk mendapatkan jawaban.
Pertanyaan itu dimaksudkan agar pembaca merenungkan masalah yang dipertanyakan sehingga pembaca dapat tergugah untuk berbuat sesuatu atau mengubah sudut pandang terhadap persoalan atau peristiwa yang dibahas.
Contoh: Lantas, sudahkah pemerintah sudah memperhatikan kesejahteraan rakyat?
Penggunaan kata populer tak hanya bertujuan untuk memudahkan pembaca, tetapi juga agar pembaca merasa nyaman atau santai meskipun membahas masalah atau peristiwa yang serius dan penuh dengan tanggapan kritis.
Contohnya: mobilitas, pencitraan, menilai, mempercanggih, dan sebagainya.
Teks editorial kerap menggunakan kata ganti penunjuk untuk merujuk waktu, tempat, peristiwa atau hal lainnya.
Contoh: Sungguh hal ini sangat mengerikan karena pola pikir masyarakat tak akan pernah berubah dan memilih kendaraan umum sebagai sarana transportasi utama.
Teks editorial banyak menggunakan ragam konjungsi seperti: sebab, karena, pasalnya, masalahnya, oleh sebab itu. Hal ini berkaitan dengan penggunaan sejumlah argumen yang dikemukakan redaktur berkenaan dengan masalah yang dikupasnya.
Contoh:
Demikian penjelasan tentang struktur teks editorial, kaidah kebahasaan, syarat penulisan dan ciri-cirinya yang bisa kamu pelajari di rumah. Semoga bermanfaat!
(glo/fef)