Jakarta, CNN Indonesia -- Gabungan pengusaha kelapa sawit Indonesia melihat ekspor kelapa sawit (CPO) pada paruh kedua tahun ini masih di bawah harapan. Volume ekspor CPO dan turunannya per Juli 2014 hanya naik 3 persen dibandingkan periode sama tahun lalu, atau sebesar 1,84 juta ton.
"Tahun ini nasib CPO di pasar global tidak semujur tahun-tahun sebelumnya," kata Fadhil Hasan, Direktur Eksekutif GAPKI dalam siaran pers nya, Senin (25/8).
Biasanya, usai perayaan Idul Fitri, permintaan CPO mulai meningkat. Namun dengan melambatnya pertumbuhan ekonomi pada sejumlah negara pengimpor seperti Cina dan India, ditambah dengan datarnya harga minyak solar yang tidak mendorong substitusi solar oleh biodiesel, maka permintaan masih lesu. "Produsen CPO harus menghadapi kenyataan pahit di mana permintaan pasar global melemah dan harga juga lesu," kata Fadhil.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penurunan ekspor yang cukup tajam tercatat ke Bangladesh yaitu 55 persen disusul Pakistan 14 persen. Cina sebagai negara pengimpor CPO terbesar dari Indonesia, mencatat penurunan volume ekspor 27 persen, dari 189 ribu ton menjadi 138 ribu ton.
Dalam keterangannya, Fadhil menilai tren penurunan harga CPO pasar global diperkirakan terus berlanjut. Berlimpahnya stokCPO dunia terutama dengan kenaikan produksi di Malaysia, yang tidak dibarengi peningkatan permintaan dunia, membuat harga CPO masih akan tertekan.
Pada dua pekan pertama Agustus ini, harga CPO global kembali terjerembab, harga hanya bergerak pada kisaran US$ 755 – 810 per metrik ton. GAPKI memperkirakan harga CPO hingga akhir Agustus akan cenderung bergerak turun di kisaran harga US$715 -US$ 750 per metrik ton.
Sementara, harga patokan ekspor Agustus 2014 yang ditentukan oleh Kementerian Perdagangan sebesar US$ 794 dan Bea Keluar 10,5% dengan referensi harga rata-rata tertimbang (CPO Rotterdam, Kuala Lumpur dan Jakarta) sebesar US$ 865,5. "Melihat tren penurunan sepanjang Juli hingga dua pekan pertama Agustus, GAPKI memperkirakan Bea Keluar untuk September akan turun menjadi 9 persen," ujar Fadhil.