Jakarta, CNN Indonesia -- Kenaikan harga elpiji 12 kilogram sebesar Rp 18 ribu per tabung diyakini tidak mempengaruhi target inflasi akhir tahun sebesar 5,5 persen. Sebab, kontribusi inflasi akibat kenaikan harga elpiji itu hanya sekitar 0,1-0,5 persen.
Menteri Kordinator Perekonomian Chairul Tanjung mengatakan, berdasarkan asumsi Bank Indonesia, setiap kenaikan Rp 1.000 per kilogram kenaikan inflasi hanya 0,06 persen. "Kenaikan elpiji impact nya kecil, inflasinya juga kecil hanya 0,1 persen," kata dia CT di Jakarta, Rabu (10/9).
Sejumlah ekonom juga optimistis inflasi akhir tahun akan sesuai dengan target Bank Indonesia 3,5-5,5 persen. "Kalau hitung-hitungan kami, pengaruh kenaikan elpiji hanya 0,07-0,1 persen," kata ekonom Bank Mandiri Leo Putra Rinaldy.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal senada diungkapkan Ekonom Bank Danamon Dian Ayu Yustina, jika pemerintahan Joko Widodo tidak menaikkan harga bahan bakar minyak bersubsidi tahun ini, maka inflasi akhir tahun hanya 5,2 persen. "Kalaupun ada kenaikan BBM dan ditambah lagi hari ini elpiji 12 kilogram naik Rp 1.500, paling tinggi akhir tahun 5,5 persen inflasinya," kata dia.
Menurut Dian, pengguna elpiji 12 kg hanya sekitar 16 persen dari total pengguna tabung gas. Selama tabung gas elpiji 3 kg tidak naik, maka dampak inflasi tidak akan besar. "Lagipula kan yang banyak pakai tabung gas 12 kg itu orang mampu, jadi tidak masalah sebetulnya," ujarnya.