Maraknya praktik penyelewengan dalam pembelian bbm bersubsidi dituding menjadi penyebab jebolnya kuota subisdi bahan bakar minyak 2014. PT Pertamina (Persero) menyatakan kini tengah mengumpulkan data-data terkait praktik penyelewengan yang dimaksud.
"Banyak truk memodifikasi tankinya untuk bisa menampung bbm lebih banyak. Jika ada laporan semacam ini, beritahu kami karena hal itu menyalahi aturan," ujar Senior Vice President Fuel Marketing and Distribution PT Pertamina (Persero), Suhartoko kepada CNN Indonesia, Sabtu (20/9).
Untuk diketahui, dalam prognosanya Pertamina memprediksi konsumsi bbm bersubsidi hingga akhir 2014 mencapai 46,9 juta kiloliter. Padahal pagu APBN Perubahan 2014, hanya mematok kuota distribusi bbm bersubsidi untuk Pertamina di angka 45,35 juta kl. “Itu artinya terjadi kelebihan 1,62 juta kl,” kata Suhartoko.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari angka tersebut, angka konsumsi solar menjadi produk yang paling banyak mengalami kelebihan. "Tahun ini kuota solar diprediksi jebol hingga 1 juta kl, bensin 521 ribu kl dan minyak tanah sebanyak 21 ribu kl," katanya.
Meski jebol, Suhartoko bilang, pihaknya enggan dimintai tanggungjawab terkait lemahnya pengawasan dalam pendistribusian dan konsumsi bbm. Ia berkilah ranah pengawasan terdapat pada Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) sebagai penanggungjawab.
"Pertamina hanya mendistribusikan ke penyalur, Pemerintah yang menetapkan, sedangan BPH Migas yang mengawasi. Itu dulu yang harus kita pahami," kilahnya.
Sementara itu, Kepala BPH Migas, Andy Noorsaman mengaku akan terus memantau jalannya pendistribusian bbm bersubsidi hingga akhir tahun. Namun Andy enggan mengomentari banyak mengenai maraknya praktik penyelewengan dalam pendistribusian bbm bersubisidi khususnya solar.
"Sampai sekarang Kami masih melakukan upaya pengendalian. Untuk solar, BPH Migas sudah buat larangan pembeliannya di Jakpus (Jakarta Pusat) dan mengurangi 20% angka pasokan ke penyalur solar untuk nelayan," tuturnya.