Penerbitan Obligasi Negara Picu Perang Suku Bunga Bank

CNN Indonesia
Senin, 22 Sep 2014 11:53 WIB
Sampai 10 September 2014, total SBN yang diperdagangkan di pasar uang sebesar Rp 1.188,75 triliun.
Tawaran bunga deposito tinggi menjadi andalan bank dalam mengumpulkan sebanyak mungkin dana dari masyarakat. (Foto: Rachman Haryanto/detikFoto)
Jakarta, CNN Indonesia -- Sri Adiningsih,Guru Besar Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gajah Mada (UGM) menilai keagresifan pemerintah dalam menerbitkan obligasi negara berkontribusi memicu perang suku bunga perbankan dan pengetatan likuiditas.

Dia menjelaskan saat ini banyak bank yang menawarkan bunga deposito tinggi karena kesulitan likuiditas. Hal ini biasanya akan diikuti dengan naiknya suku bunga kredit. "Jadi masalah crowding out di Indonesia karena besarnya penerbitan surat berharga negara (SBN) pemerintah," kata Sri kepada CNN Indonesia, Senin (22/9). Sampai 10 September 2014, total SBN yang diperdagangkan di pasar uang sebesar Rp 1.188,75 triliun, meningkat Rp 193,32 triliun dibandingkan dengan posisi akhir tahun lalu.

Menurut Sri, ketika likuiditas semakin ketat tidak ada pilihan bagi perbankan kecuali menawarkan bunga yang tinggi guna menarik minat nasabah untuk menyimpan dananya di deposito. Untuk menghindari hal tersebut berlanjut, pemerintah diminta  mengelola utang dengan hati-hati tanpa harus menimbulkan persaingan dengan swasta di pasar uang.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Pemerintah juga harus bisa meyakinkan masyarakat dan investor bahwa ekonomi dikelola dengan baik pada level inflasi yang rendah. Diharapkan cara ini dapat menurunkan suku bunga," katanya.

Belakangan perang suku bunga deposito antar bank kian memanas. Setiap bank berlomba menyedot dana masyarakat dengan menaikkan suku bunga deposito. Fenomena ini membuat Otoritas Jasa Keuangan (OJK) gerah, dan akan memanggil bank-bank besar kategori BUKU III dan BUKU IV untuk menghentikan perang suku bunga deposito.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER